Surplus tersebut meningkat tiga kali lipat dibanding tahun 2004 yang bernilai sekitar 32 miliar dollar AS.
Beijing (ANTARA News)- Surplus perdagangan China selama 2005 lebih dari 100 miliar dollar AS, menyusul peningkatan nilai ekspor yang tajam pada barang-barang elektronik dan tekstil, kata pejabat bea cukai dalam sebuah laporan yang dikeluarkan, Rabu. Dibanding tahun 2004, ekspor meningkat 28,4 persen menjadi 762 miliar dollar sedangkan impor naik 17,6 persen menjadi 660,12 miliar dollar AS, sehingga terdapat surplus senilai 101,88 miliar dollar AS, demikian data statistik yang dikeluarkan Administrasi Umum Bea Cukai. Surplus tersebut meningkat tiga kali lipat dibanding tahun 2004 yang bernilai sekitar 32 miliar dollar AS. Nilai total perdagangan negeri itu meningkat 23,2 persen selama 2005 dengan nilai mencapai 1.422 triliun dollar AS. Peralatan rumah tangga, barang elektronik berteknologi tinggi dan barang-barang tekstil merupakan barang ekspor utama selama 2005, kata Zhao Xijun, seorang profesor keuangan internasional di Universitas Rakyat China. Sementara itu, katanya, bahan-bahan mentah dan energi merupakan komponen impor utama. Impor terbesar China berasal dari negara-negara anggota ASEAN dan Korea Selatan. Impor dari ASEAN naik 19 persen menjadi 75 miliar dollar, sedangkan impor dari Korea Selatan naik 23 persen menjadi 76,8 miliar dollar AS. Rekan dagang utama China adalah Uni Eropa dengan transaksi mencapai 217,31 miliar dollar, meningkat 23 persen, dan Amerika Serikat mencapai 211,63 miliar dollar, meningkat 25 persen. Kedua negara itu mengimpor lebih bvesar dari ekspor terhadap China. Jepang merupakan rekan dagang terbesar ketiga dengan nilai transaksi 184,5 miliar dollar, meningkat 10 persen. Faktor utama yang mendorong peningkatan ekspor China, kata Zhao, yaitu aturan-aturan liberalisasi perdagangan di bawah Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan dorongan sejumlah perusahaan China untuk melakukan ekspor sebelum China menerapkan sistem nilai tukar mengambang pada Juli 2005. Pada 21 Juli 2005, China mulai menerapkan nilai tukar mengambang terkendali setelah bertahun-tahun dipatok dengan dollar AS. Sejak itu, nilai mata uang China yuan mengalami kenaikan 2,1 persen terhadap dollar AS.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006