Toba Samosir, Sumatera Utara (ANTARA News) - Filem berbahasa batak berjudul "Anak Sasada" akan menjadi filem pertama yang diangkat dalam format layar lebar dengan meminjam kultur Batak Toba.

"Dubbing menggunakan bahasa Batak yang kental, akan menjadi kekuatan filem yang berkisah tentang kemiskinan dan pendidikan orang desa yang harus pergi ke kota, dengan pemain yang tidak seluruhnya berasal dari etnik Batak Toba," ujar sutradara filem tersebut, Pontianus Gea di Balige, Kamis.

Ia terinspirasi mengangkat filem berbahasa daerah yang berutur tentang kisah anak muda tersebut dari pengalamannya saat menggarap sebuah filem bernuansa daerah Nias berjudul "ono sitefuyu" yang meraih sukses di pasar. 

Menurut Pontianus, pengetahuan yang pernah diserapnya selama hampir lima tahun belajar film di berbagai negara di Eropah, akan diaplikasikannya dalam "Anak Sasada" melalui pengambilan gambar berlatar sejumlah objek yang menonjolkan budaya.

"Pemain dan kru film yang berasal dari berbagai macam suku, seperti Melayu, Jawa dan Simalungun menjadi tantangan menarik dalam mempertahankan soliditas tim," ujarnya.

Pria kelahiran Nias ini menyebutkan, sebagai sutrada yang sudah menghasilkan sejumlah film, dia optimisti filmnya  yang memiliki ciri khas dan unik itu mampu merebut pasar sekaligus menggugah semangat kawula muda Batak untuk lebih mencintai budaya daerahnya.

Dia menbilai banyak remaja yang kehilangan identitas karena tidak menguasai bahasa daerahnya akibat pengaruhl ingkungan.

"Untuk mendalami penguasaan dialog, kita melibatkan seorang Batakolog, Manguji Nababan. sebagai penyelaras bahasa dalam proses pengerjaan filem tersebut," kata Pontianus.

Saat syuting terakhir berlangsung di daerah Bakkara, Kabupaten Humbahas, tempat kelahiran pahlawan nasional Raja Singamangaraja, masyarakat daerah setempat memberi apresiasi tinggi kepada Pontianus.

KR-JRD





Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011