Juba, Sudan (ANTARA News/AFP) - Lebih dari 150.000 orang melarikan diri dari aksi kekerasan yang melanda wilayah perbatasan Abyei yang disengketakan dan daerah-daerah sekitarnya , kata seorang menteri Sudan Selatan, Jumat.

"Situasi mencekam-- lebih dari 150.000 orang meninggalkan Abyei dan daerah-daerah sekitarnya," kata Menteri Urusan Kemanusiaan James Kok Ruea.

Pasukan Sudan Utara merebut wilayah perbatasan itu pekan lalu, satu tindakan yang dikecam negara-negara internasional yang memperingatkan tindakan itu adalah satu ancaman bagi perdamaian antara utara dan selatan.

"Wanita, anak-anak, orang tua-- mereka lari ketakutan tanpa perlidungan akibat aksi kekerasan yang kejam," kata Ruea, sebelum menilai dampaknya pada daerah-daerah itu.

Jumlah itu jauh lebih besar dari perkiraan PBB sebelumnya tetapi angka itu didasarkan pada jumlah orang yang benar-benar telah dihitung.

Banyak dari mereka mengungsi itu diduga menghindari jalan-jalan utama dan bersembunyi di semak-semak sekitar karena khawatir diserang pesawat Sudan utara.

"Penduduk dalam jumlah besar terus bergerak melalui jalur semak-semak," kata satu laporan penilaian PBB yang dibacakan Jumat.

Ruea mengatakan tidak jelas berapa jumlah dari 110.000 warga Abyei yang lari ke selatan.

Patroli-patroli udara dan darat mencari penduduk yang melarikan diri tidak menemukan jejak mereka di Abyei, yang mengindikasikan daerah itu kosong kecuali "kehadiran banyak pria-pria bersenjata," katanya.

"Misi pengawas udara terbang di atas 10 desa utara dan selatan kota Abyei," kata laporan itu.

Perkiraan PBB itu adalah konservatif karena laporan-laporan kedatangan pengungsi terus mengalir.

"Sampai 26 Mei, mitra-mitra kemanusiaan memperkirakan lebih dari 30.000 orang menuju selatan," tambahnya.

Masa depan Abyei adalah paling peka dari sejumlah masalah yang kedua pihak perjuangan untuk mencapai persetujuan sebelum kemerdekaan penuh wilayah selatan Juli mendatang.(*)

(Uu.H-RN/H-AK)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011