Yogyakarta (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan peristiwa bencana alam yang terjadi selama 2021 di provinsi itu didominasi oleh tanah longsor yang tercatat sebanyak 338 kejadian.

"Tanah longsor menjadi kejadian bencana yang tertinggi," ujar Kepala Pelaksana BPBD DIY Biwara Yuswantana saat konferensi pers di Kantor BPBD DIY di Yogyakarta, Kamis.

Berdasarkan sebaran wilayah, bencana tanah longsor paling bayak terjadi di Kabupaten Kulon Progo mencapai 145 kejadian, disusul Bantul 100 kejadian, Gunung Kidul 48 kejadian, Kota Yogyakarta 26 kejadian, dan Sleman 19 kejadian.

Baca juga: Gubernur tetapkan DIY berstatus siaga darurat bencana

Menurut Biwara, titik wilayah kejadian tanah longsor tersebut masih sesuai dengan data zona rawan bencana yang telah dipetakan dalam Peraturan Daerah (Perda) tentang Rencana Tata Ruang Wilayah DIY Tahun 2019- 2039.

Kendati demikian, pengamatan wilayah yang berpotensi longsor secara mendetail terus dilakukan dengan memperhitungkan dinamika geografis wilayah.

"Jadi, kalau longsor di Bantul ya ada Dlingo, Imogiri, Piyungan, Pleret. Memang masih masuk kawasan rawan bencana," ujar Biwara.

BPBD DIY beserta pemerintah daerah, kata dia, telah merelokasi beberapa warga terdampak longsor ke daerah yang lebih aman.

Menurut dia, relokasi warga dilakukan apabila ancaman bencana longsor tidak lagi dapat dihadapi dengan upaya mitigasi.

"Seperti beberapa warga yang terkena longsor di Gedangsari (Gunung Kidul) dibangunkan rumah oleh pemda. Mereka dipindahkan jauh dari kawasan longsor, " kata dia.

Ia menjelaskan peristiwa bencana terbanyak kedua selama 2021 di DIY ditempati oleh gempa bumi dengan jumlah 217 kejadian meski sebagian besar atau 203 diantaranya tidak terasa, disusul angin kencang 148 kali, 155 kebakaran pemukiman dan bangunan, 18 kali kebakaran lahan, 11 kali banjir, 3 kali banjir lahar hujan, dua kali letusan gunung api, dan satu kejadian pandemi yang telah berlangsung sejak 2020.

"Karena pandemi belum selesai, kami hitung satu kejadian sampai saat ini," ujar dia.

Baca juga: BPBD DIY pantau lokasi bencana "real time"

Berdasarkan sebaran wilayah kejadian atau wilayah terdampak, lanjutnya, Kabupaten Kulon Progo menjadi wilayah paling terdampak yang mengalami 452 kali kejadian atau sebesar 25 persen, disusul Kabupaten Bantul 438 kali kejadian, Kabupaten Gunungkidul 325 kejadian, Kabupaten Sleman 299 kali kejadian, dan Kota Yogyakarta 283 kali kejadian.

Secara keseluruhan, ia mencatat sebanyak 1.950 jiwa terdampak akibat peristiwa bencana alam yang terjadi selama 2021, kecuali bencana pandemi COVID-19.

Selain itu, ada 9 jiwa meninggal dunia, 33 jiwa luka, dan 118 jiwa harus mengungsi.

Jumlah jiwa terdampak pandemi, menurut Biwara, belum dapat disimpulkan karena hampir seluruh jiwa di DIY terdampak serta masih berlangsung hingga saat ini.

Sedangkan untuk dampak fisik sedikitnya 688 rumah rusak, 187 bangunan tergenang, 995 pohon tumbang, 113 tempat usaha rusak, 22 fasilitas pendidikan rusak, 16 rumah ibadah rusak, 111 titik talud rusak, 52 kendaraan rusak, 6 hektare lahan tergenang dan 8 hektare lahan rusak terbakar serta beberapa kerusakan lainnya seperti jaringan listrik, jaringan air, jembatan hingga kandang ternak.

Ia menyebutkan berdasar catatan laporan, dampak kerusakan akibat bencana mencapai Rp17,855 miliar yang didasarkan pada hasil asesmen TRC dan BPBD kabupaten/kota. "Nominal tersebut bukan merupakan nominal kerugian," kata dia.

Baca juga: Muhammadiyah salurkan perlengkapan sekolah korban bencana DIY

Baca juga: Timor Leste belajar penanganan bencana di Yogya


Biwara berharap dengan data kebencanaan tersebut, masyarakat dapat meningkatkan kewaspadaan mengingat puncak musim hujan diperkirakan bakal terjadi pada akhir Januari atau awal Februari 2022.

"Masyarakat bisa lebih waspada terhadap potensi bencana terlebih kita masih berada di musim hujan," tutur Biwara.

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021