yang meninggal ini paling tinggi ada di bulan Januari
Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Lilik Kurniawan mengatakan bahwa jumlah kejadian bencana yang terjadi di Indonesia pada tahun 2020 sampai 2021 mengalami penurunan namun angka dampak yang diakibatkan oleh bencana mengalami kenaikan.

“Berdasarkan data statistik, kalau kita lihat perbandingan kejadian bencana itu turun dari 2020 ke 2021,” kata Lilik dalam Konferensi Pers Update Situasi dan Kaleidoskop Bencana 2021 yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.

Lilik menuturkan, jumlah kejadian bencana pada tahun 2020 mencapai sebanyak 4.649 kejadian. Sedangkan pada tahun 2021, kejadian bencana total ada sebanyak 3.092. Artinya, jumlah tersebut mengalami penurunan sampai 33,5 persen.

Baca juga: Akademisi: Pemetaan potensi bencana perlu terus diperkuat pada 2022
Baca juga: BNPB: Angka bencana turun namun memberi dampak signifikan

Meskipun kejadian bencana mengalami penurunan, nyatanya angka pada dampak yang diakibatkan oleh bencana justru naik. Seperti pada jumlah korban jiwa yang mengalami kenaikan sampai 76,9 persen.

Dengan rincian pada tahun 2020 korban jiwa yang mencapai 376, naik menjadi 665 jiwa di tahun 2021.

“Kalau kita lihat, yang meninggal ini paling tinggi ada di bulan Januari dan bulan April. Januari kita mengalami gempa di Mamuju, Sulawesi Barat kemudian di bulan April ini terjadi Siklon Tropis Seroja di Nusa Tenggara Timur ini yang mengakibatkan korban besar di sana,” kata dia.

Baca juga: BNPB: Penanganan bencana Semeru masuk transisi darurat ke pemulihan
Baca juga: Tanah Longsor dominasi bencana alam di DIY selama 2021

Hal yang sama juga terjadi pada korban bencana yang mengalami luka-luka. Menurut Lilik, jumlah itu naik hingga 2.180,5 persen. Sebab, pada tahun 2020 korban yang luka-luka hanya terdapat 619 orang, sedangkan pada 2021 korban menyentuh angka 14.116 orang.

Pada aspek korban terdampak dan mengungsi ikut naik sebesar 24 persen. Di tahun 2021 korban mengungsi telah mencapai 8.426.609 orang, setelah pada tahun 2020 korban masih ada pada angka 6.796.334 orang.

Sedangkan pada rumah yang rusak akibat bencana di tahun 2020 ada sebanyak 65.744 unit. Naik 116,3 persen hingga 2021 menjadi 142.179 unit.

“Desember kita lihat walaupun banyak yang meninggal dan hilang itu adalah karena awan panas guguran Semeru. Ini adalah data-data yang ada dan beberapa memang harus kita prediksi,” tegas Lilik.

Baca juga: Ridwan Kamil usul BMKG beri informasi bencana lewat video animasi

Baca juga: BRIN: Model simulasi prakirakan potensi bencana hingga jumlah korban
Baca juga: UAS: Peringatan 17 tahun tsunami adalah amar makruf nahi mungkar

 

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021