Pontianak (ANTARA News) - Ribuan warga Tionghoa Kota Pontianak dan sekitarnya baik tua dan muda mulai pukul 11.00 WIB hingga pukul 13.00 WIB berduyun-duyun melakukan ritual mandi tengah hari atau mandi U-Shi, bertepatan dengan tanggal 5 bulan 5 Imlek di Sungai Kapuas karena diyakini dapat membawa keberuntungan dan membuang sial.

Mereka dengan penuh semangat merebahkan tubuhnya di atas air Sungai Kapuas untuk membuang sial atau segala tabiat dan prilaku tidak baik.

"Jika sial tidak dibuang, maka hoki (keberuntungan) sulit dicapai sehingga bisnis atau usaha menjadi tidak lancar," kata Ji Song (40) warga Gang Selat Sumba, Siantan.

Ia dan keluarga besarnya sejak pagi menunggu tibanya waktu mandi U-Shi yakni pukul 11.00 WIB-13.00 WIB meskipun di bawah terik matahari agar semua sial, rintangan dan berbagai penyakit bisa hilang dengan air U-Shi.

Tradisi mandi U-Shi sudah dilakukan turun-temurun sejak nenek moyangnya sehingga dia dan keluarga juga turut serta melestarikan budaya leluhurnya itu.

"Selain mandi, saya juga menyimpan air mandi ini (air Sungai Kapuas) agar sewaktu-waktu dapat digunakan untuk mandi kembang dan mengusir roh jahat," kata Ji Song.

Hal senada juga diakui oleh Amin (45) warga Darma Bhakti Siantan Tengah. Dia dan keluarganya sebelum melakukan mandi U-Shi diawali dengan sembahyang di kelenteng memohon agar diberikan keberuntungan dan dihindarkan dari segala macam penyakit hingga satu tahun ke depan.

"Biasanya kalau sudah mandi U-Shi kalau kita yakin pasti apa yang kita harapkan dikabulkan," ujarnya.

Untuk tahun ini Amin mengambil satu jeriken air U-Shi yang bersumber dari Sungai Kapuas untuk disimpan kalau-kalau dibutuhkan.

"Kesempatan mengambil air U-Shi hanya dua jam, kalau tidak dimanfaatkan maka kita harus menunggu tahun depan," kata ayah tiga anak itu.

Pernah, salah seorang keluarga yang tidak mengambil air U-Shi  kemasukan roh jahat yang tidak bisa diusir.

"Kalau kita punya simpanan air U-Shi tinggal siramkan saja air itu ke orang atau keluarga yang kemasukan roh jahat tidak perlu menunggu tabib atau orang pintar," katanya.

Pengurus Vihara Bodhisatva Karaniya Metta Pontianak Tjeng Tiau Sui (60) mengatakan, tradisi mandi sebelumnya melakukan makan besar yakni makan kue bakcang.

"Tujuannya agar di masa mendatang bisa mendapatkan keberuntungannya. Tradisi mandi Bakcang dimulai pukul 12.00 WIB hingga pukul 13.00 WIB kalau lebih dari itu sudah tidak boleh lagi karena dipercaya air yang digunakan untuk mandi sudah kemasukan roh jahat," katanya.

Acin (23) menyatakan, dirinya merasa "plong" atau tanpa beban setelah mandi U-Shi, mungkin karena habis teriak-teriak dan berenang-renang di Sungai Kapuas pikiran yang tadinya terasa penuh menjadi lega.

"Yang jelas badan terasa segar tidak lemas setelah mandi U-Shi di Sungai Kapuas," katanya.

Sumber obat
Menurut Lie Sau Fat atau XF Asali, seorang tokoh Tionghoa di Pontianak, kalangan tabib Tionghoa juga menggunakan air sungai (U-Shi) yang mengalir antara pukul 10.00 WIB hingga 12.00 WIB itu untuk campuran ramuan obat.

Dia mengatakan, tradisi mandi di sungai pada tanggal 5 bulan 5 itu sudah diwarisi warga tiongoa secara turun-temurun. Namun selama ini tradisi itu tidak terlalu diketahui banyak orang. Hanya kalangan keluarga yang sudah mengamalkan dan mengetahui dari orang-orangg tua saja yang melakukannya.

Mandi U-Shi juga baik untuk kesehatan, karena diyakini air U-Shi (U Shi Sui), yakni air yang diambil siang hari tanggal 5 bulan 5 Imlek di sungai yang mengalir dapat dijadikan khasiat obat dan dapat disimpan jika sewaktu-waktu diperlukan.

Sementara ada yang menyebut tradisi itu sebagai Festival bakcang, yang salah satu kegiatannya dengan mandi tengah hari.

Tradisi mandi itu untuk mengenang Qu Yuan seorang pujangga terhormat yang mengakhiri hidupnya dengan cara sangat memilukan yakni terjun ke Sungai Mu luo.

Pujangga (Qu Yuan) yang setia dan berjiwa patriot itu terjun ke Sungai Mu Luo karena merasa kecewa dengan pemerintahan Raja Xiang. Ia diusir dari kerajaan atas hasutan dari sang durjana, Zi Lan. Lalu mengakhiri hidupnya dengan terjun ke Sungai Mu luo.

Sementara masyarakat yang tinggal di sekitar sungai itu khawatir ikan atau udang akan mematuk jenazah Qu Yuan, lalu segera membungkus nasi dengan daun seperti Bakcang dan membuang ke sungai agar jadi makanan ikan dan udang, sehingga jenazah Qu Yuan tetap utuh.

Dari lapangan ribuan warga Tionghoa Kota Pontianak baik tua dan muda mulai pukul 12.00 WIB berlomba-lomba mandi di Sungai Kapuas untuk membersihkan diri dan berharap mendapat berkah.

Tua muda, lelaki dan perempuan terutama dari warga Tionghoa sebelumnya bersembahyang di kelenteng dan pada siang harinya sebagian berperahu, melempar Bakkcang (penganan terbuat dari beras ketan, berisi daging babi dan dibungkus dengan daun buluh/bambu) dan mandi-mandi di sungai terpanjang di Indonesia itu.

Mandi U-Shi adalah salah satu agenda rutin warga Tionghoa di Pontianak yang dilakukan setiap tanggal 5 bulan 5 Imlek, selain itu ada juga Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh (15 hari atau puncak Imlek), kemudian tradisi Sembahyang Kubur tanggal 15 bulan 7 Imlek yang puncaknya ditutup dengan acara pembakaran kapal kertas yang berisi segala kebutuhan di dunia fana untuk arwah leluhur Tionghoa, dan tradisi festival kue bulan atau bahasa Tionghoanya "Cung Chiu Ciek" yang diselenggarakan setiap tanggal 15 bulan 8 Imlek.
(A057/A038)

Oleh Andilala
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011