Jakarta (ANTARA) - Grup K-pop H1-KEY sudah menghadapi rintangan, bahkan sebelum resmi debut. Ketika manajemen Grandline Group (GLG) mengungkapkan anggota asal Thailand Sitala pada November, sejumlah penggemar K-pop di Thailand menuntut agar dia mundur, karena mendiang ayahnya Tua Saranyu dikenal sebagai pendukung dari kediktatoran militer di negaranya.

Mereka bersikeras tidak adil jika Sitala debut sebagai bintang K-pop, sementara mimpi banyak anak Thailand hancur akibat diktator.

Tapi GLG tidak mengeluarkan Sitala dari H1-KEY yang juga beranggotakan Seoii, Riina dan Yel.

"Kami tak bisa membuat Sitala bertanggungjawab atas apa yang dilakukan ayahnya di masa lalu, karena yang dilakukan bukanlah tanggung jawab Sitala," kata perusahaan dalam pernyataan yang dirilis pada 8 Desember.

Baca juga: New The Boyz rilis lagu pertama yang ditulis sendiri

"Sitala adalah pekerja keras dan sopan, yang punya tujuan mengharumkan nama Thailand. Mohon dukung dia agar dia bisa berkontribusi untuk negaranya."

Dalam konferensi pers daring, Rabu, Sitala menyampaikan pendapatnya terkait kontroversi itu.

"Saya ingin menegaskan saya tidak punya keyakinan politik sekarang," katanya dengan suara bergetar.

"Dulu, saya tidak terlalu mengerti apa yang terjadi di negara karena saya terlalu muda. Saya hanya berharap orang dengan perspektif berbeda di Thailand bisa hidup bersama dalam damai."

Dikutip dari Korea Times, anggota-anggota H1-KEY lain kemudian bicara tentang singla baru mereka, "Athletic Girl", lagu hip hop yang menonjolkan kepercayaan diri grup tersebut.

"Ini lagu yang mewakili kami, yang menegaskan pentingnya kekuatan dari dalam," kata Seoii, pemimpin grup.

"Karena ini rilisan perdana, kami berusaha keras menyampaikan pesan secara tulus."

Baca juga: Agensi bantah rumor kencan Park Na Rae

Baca juga: Cerita UP10TION soal mini album "Novella"

Baca juga: Rapper B.I akan jadi artis Asia pertama yang tampil di "Global Spin"

Penerjemah: Nanien Yuniar
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022