Surabaya (ANTARA News) - Melaksanakan penugasan di daerah operasi merupakan suatu kebanggaan dan kehormatan bagi setiap prajurit TNI, apalagi penugasan di luar negeri seperti halnya Satgas Yonmek Kontingen Garuda XXIII-E/UNIFIL yang bertugas di Lebanon.

Kebanggaan seperti itu juga sangat dirasakan oleh seorang perwira pertama (pama) yang tergabung dalam satgas yang dikenal dengan sebutan Indonesia Battalion (INDOBATT) di kalangan kontingen negara lain di jajaran "United Nations Interim Force In Lebanon" (UNIFIL).

"Dia adalah Lettu Marinir Mat Kolis yang berasal dari satuan Batalyon Intai Amfibi 2 Marinir Jakarta," ucap Perwira Penerangan (Papen) INDOBATT Mayor Pasukan Banu Kusworo kepada ANTARA melalui surat elektronik dari Lebanon (11/6/2011).

Pama yang menjabat sebagai Wadanki Charlie di satuan asalnya tersebut merupakan lulusan Kadet AAL 2006 yang meraih bintang emas Tri Sakti Wiratama berturut-turut sejak Kadet tingkat 1 hingga tingkat 3 selama pendidikan di Bumimoro, Krembangan, Surabaya, Jawa Timur.

Setelah menamatkan pendidikan tiga tahun di AAL, dia melanjutkan pendidikan perwira siswa (pasis) angkatan XIX selama 10 bulan dan menyandang predikat pasis lulusan AAL terbaik dengan meraih Bintang Adi Wiratama.

Dari beberapa prestasi yang diraihnya selama pendidikan di AAL itu, agaknya tidak salah pilih bila Korps marinir memberikan kepercayaan kepada pria kelahiran Banyuwangi pada 13 September 1985 itu untuk mengikuti seleksi penugasan ke luar negeri hingga lolos.

Awalnya, putra kelima dari enam bersaudara pasangan Murtaji dan Turmi itu tergabung dalam Satgas "Force Protecting Company" (FPC) XXIV-B di Naqoura.

Namun, setelah INDOBATT mendapatkan kepercayaan mengendalikan tiga wilayah baru dari UNIFIL (Qabrikha, Tullin, dan As Suwanan) dan Satgas FPC yang menjadi tempatnya bertugas dialihkan menjadi Kompi Echo, maka diapun berpindah ke UN POSN 7-1 untuk mengawal proses perdamaian di ketiga wilayah operasi baru tersebut.

Baru dua bulan menjabat Pasi CIMIC (Civilian Military Coordination) di Kompi Echo, dia beralih tugas lagi menjadi Danton 2 Kompi Alfa yang berkedudukan di El Addaisse UN POSN 9-63.

Peralihan tugasnya yang terakhir ini berawal dari pertimbangan Wadansatgas Letkol Mar Harnoko menyikapi kondisi kerawanan di sepanjang "sensitive area" di "Blue Line" yang merupakan wilayah operasi Kompi Alfa.

"Pertimbangannya, karena lokasi Kompi Alfa yang berada di daerah yang rawan konflik dengan tingkat kerawanan serta operasional yang tinggi, maka perlu ditunjuk satu perwira khusus yang memiliki pengalaman dan ketenangan dalam bernegoisasi sebagai tindakan pencegahan terjadinya konflik di wilayah perbatasan Israel-Lebanon itu," ungkap Papen Indobatt tersebut.

"Matt Blue Line"
Tempat penugasan barunya itu merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan Israel yang memiliki tingkat operasioanal tinggi dan rawan konflik.

Wilayah yang setiap harinya dilewati patroli Tentara Israel atau IDF (Israeli Defence Force) itu sering dikunjungi masyarakat sipil Lebanon, terutama di sekitar Panorama Point yang ramai pada Hari Sabtu dan Minggu.

Banyak insiden yang terjadi, terutama pada saat patroli IDF lewat, tidak sedikit dari pengunjung/sipil yang melontarkan teriakan ke arah patroli IDF yang melintas maupun mereka mengambil gambar/foto, bahkan terkadang ada di antara mereka yang melempari patroli tersebut dengan batu atau benda ringan yang bisa menimbulkan komplain dari pihak IDF.

Kejadian menonjol yang menjadi perhatiaan UN (PBB) baru-baru ini yaitu insiden bentrokan kecil antara IDF dan Tentara Lebanon atau LAF (Lebanon Armed Forces) pada 14 April 2011.

Insiden itu membuat pihak IDF mengeluarkan beberapa kendaraan tempurnya berupa empat kendaraan patroli Humvee, dua kendaraan Suva, sebuah Jeep patrol Rakoon, dan dua tank Merkava.

Saat itu, Lettu Mar Mat Kolis beserta 1 tim QRT (Quick Reaction Team) berusaha menghalau Tank Merkava dari IDF yang sudah keluar dari pagar pembatas (Technical Fence) agar tidak terjadi baku tembak dengan pihak LAF yang juga siap dengan beberapa senjatanya.

"Penyebabnya sebenarnya sepele, yakni hanya karena ada sekitar 15 masyarakat sipil Lebanon yang mencari tanaman herbal, namun mereka hampir mendekati pagar pembatas Blue Line, maka ketegangan sempat terjadi karena kedua belah pihak ngotot dan tidak mau mundur," ujarnya.

Namun, dengan negoisasi ketat yang dilakukan Mat Kolis dengan pihak LAF, maka mereka akhirnya mau menjauh sehingga Tank dari IDF perlahan juga mundur diikuti beberapa kendaraan tempur mereka yang sudah siap siaga di belakang "Technical Fence."

Selain berkonsentrasi di daerah Blue Line, dia juga ditugaskan dalam beberapa patroli operasional kompi, di antaranya CRLO (Counter Roket Launcer Operation), ADP (Area Deployment Patrol) dan Foot Patrol (patroli jalan kaki) bersama LAF di sekitar daerah Blue Line.

Saking banyaknya insiden di daerah Blue Line yang dirinya ada di dalamnya sebagai negosiator agar tidak terjadi konflik bersenjata, maka Wadansatgas akhirnya menjulukinya sebagai "Matt Blue Line" alias Matt BL, sehingga Mat Kolis pun merasa lucu, geli, dan sekaligus bangga dengan julukan tersebut.

"Semoga julukan dan kepercayaan itu memacu semangat dan motivasi saya untuk lebih baik lagi dalam bertugas sebagai Perwira Penjaga Sensitive Area Blue Line," tukas Mat Kolis kepada Papen INDOBATT Mayor Pasukan Banu Kusworo.

(E011/H-KWR)

Oleh Edy M Ya`kub
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011