Denpasar (ANTARA News) - Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar mendidik sebanyak 496 mahasiswa mancanegara untuk mempelajari serta mendalami tabuh dan tari Bali selama 13 tahun kurun waktu 1998-2011.

"Mereka berasal dari berbagai negara di belahan dunia yang mendapat kemudahan dari program Dharmasiswa pemerintah Indonesia maupun atas biaya sendiri," kata Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Wayan Rai. S di Denpasar, Selasa.

Ia mengatakan, mereka mengikuti proses belajar mengajar di fakultas di lingkungan lembaga pendidikan tinggi seni di Pulau Dewata, namun yang paling banyak memilih Fakultas Seni Pertunjukan, baik tabuh maupun tari Bali.

Mahasiswa asing tersebut antara lain berasal Jepang, Cekolavia, Pilipina, Rusia, Meksiko, Swedia, dan Australia.

Setiap tahun penerimaan mahasiswa baru ada saja warga negara asing yang melanjutkan pendidikan untuk mendalami seni budaya Bali.

Mahasiswa mancanegara itu belajar selama tiga hingga empat semester, umumnya hal itu secara berkesinambungan, karena ada yang tamat dan adapula yang baru memulai kuliah.

Mereka mengambil program jangka pendek guna mempelajari seni tari dan instrumen gamelan Bali maupun musik nusantara.

Satu-satunya lembaga perguruan tinggi seni di Bali yang mencetak lulusan untuk memiliki keterampilan bidang gamelan, pedalangan, seni di atas kanvas dan tari Bali sudah meluluskan ratusan mahasiswa asing dengan status non sarjana.

"Mereka sudah mampu menguasai berbagai jenis tari maupun memainkan instrumen gamelan Bali. Dengan bekal keahlian dan kemampuan tari Bali itu mereka kembali ke negaranya," tutur Prof Rai.

Prof Rai, alumnus Universitas California di Los Angeles itu menambahkan, tamatan ISI Denpasar asal luar negeri setelah kembali ke negaranya, mengembangkan kreatifitas dalam bidang seni yakni kolaborasi tari dan gamelan Bali dengan kesenian atau musik yang berhaluan barat.

Sebagian alumnus ISI warga negara asing lainnya, ada pula membuka kursus dan mengajarkan tari Bali kepada masyarakat di negara asalnyanya.

Kondisi demikian berdampak positif terhadap pelestarian dan pengembangan tari, gamelan dan seni budaya Bali di mancanegara, katanya.

Prof Rai mengingatkan, kemampuan orang asing dalam mempelajari seni budaya Bali jangan dijadikan ancaman oleh orang Bali, karena akan bisa saling berbagi ilmu dan saling mengisi dalam bidang seni dan kebudayaan.

Hal itu sangat penting dalam memasuki persaingan dunia yang semakin ketat, namun tetap meningkatkan kewaspadaan dan tidak lengah. Semakin banyak orang asing mempelajari seni budaya Bali harus dapat dijadikan motivasi dan tantangan untuk melestarikan seni Bali.

Selain itu sangat berpeluang mengembangkan produk industri ekonomi kreatif berbasis seni budaya lokal. Peluang yang bisa dikembangkan antara lain menjual produk gamelan Bali serta kostum tari ke luar negeri, tutur Prof Rai.  (ANT/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011