Kalau ada permintaan, air dikeluarkan bergantung kebutuhan para petani, kalau tidak ada ya pintu waduk ditutup
Bojonegoro (ANTARA News) - Pengeluaran air Waduk Pacal di Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang, Bojonegoro bergantung permintaan para petani di sejumlah kecamatan yang areal sawahnya masuk daerah irigasi waduk setempat.

"Kalau ada permintaan, air dikeluarkan bergantung kebutuhan para petani, kalau tidak ada ya pintu waduk ditutup," kata Humas Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro, Harjono, Kamis.

Ia menjelaskan, Waduk Pacal yang dibangun Belanda 1933 lalu itu, airnya tidak dikeluarkan sejak 1 Juni lalu, karena tidak ada permintaan dari para petani.

Dalam posisi pintu waduk ditutup ketinggian air di waduk setempat mencapai 115,15 meter dengan tampungan air efektif sebesar 23.462.742 meter kubik.

Ditanya penyebab para petani tidak meminta air,  Harjono enggan menjelaskan. Hanya diperkirakan pada musim tanam (MT) I April-Juni ini, tanaman padi di sepanjang daerah irigasi Waduk Pacal yang luas bakunya mencapai 16.688 hektare, dilaporkan diserang hama wereng.

"Yang jelas sejak 1 Juni lalu sampai sekarang tidak ada petani yang meminta pasokan air," ungkapnya, menegaskan.

Yang jelas, menurut dia, dengan stok air yang masih tersedia sebesar 23 juta meter kubik lebih tersebut, hanya mencukupi untuk MT II Juni-September. Setelah itu, para petani di daerah irigasi Waduk Pacal, mulai Kecamatan Sukosewu, Kapas, Balen, Kanor, Sumberrejo, harus tidak menanam padi lagi.

"Air yang ada hanya cukup untuk palawija," ujarnya.

Secara terpisah, Sekretaris Dinas Pengairan Kabupaten Bojonegoro, Mujayin menyatakan, persediaan air yang masih ada di Waduk Pacal tersebut, mulai disosialisasikan kepada para petani.

Inti sosialisasi, para petani pada MT III, dilarang menanam padi lagi, sebab stok air diperkirakan Agustus sudah habis dengan pengeluaran 5 meter kubik per detik, ketika MT II ini.

Sosialisasi, lanjutnya, di antaranya langsung dilakukan kepada petani di Desa Sambongrejo, Kecamatan Sumberrejo, Kamis. Para petani di desa setempat, selama ini pada MT III memiliki kebiasaan tetap menanam padi.

"Para petani pada MT III ini, mereka diminta menanam palawija," jelasnya.

Ia mengatakan, petani setempat menanam padi sifatnya spekulasi, dengan perhitungan Oktober menjelang panen hujan turun, sehingga tanaman padinya bisa mendapatkan air.

"Kalau tidak hujan, tanaman padinya mengalami kekeringan dan sering kami yang disalahkan," ujarnya.

(T.KR-SAS/C/C004/C004) 

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011