London (ANTARA News/AFP) - Satu tentara Inggris ditembak mati dalam serangan pejuang di Afghanistan selatan pada Sabtu (18/6), sehingga menjadikan 374 jumlah serdadu negara itu tewas dalam operasi militer di sana sejak 2001, kata kementerian pertahanan Inggris

Tentara dari Batalyon 3 Resimen Mercian (Stafford) itu tewas saat berpatroli dengan Tentara Nasional Afghanistan di kabupaten Nahr-e Saraj di provinsi bergolak Helmand, katanya.

Ronda itu dikerahkan dari markas terdekat untuk bertemu dengan rakyat, yang baru kembali menduduki wilayah Haji Tor Aga Kalay di provinsi tersebut, kata juru bicara Satuan Tugas Helmand Letnan Kolonel Tim Purbrick.

"Prajurit itu bagian dari pelindung penjaga pertemuan itu ketika `pemberontak` menembak mereka dengan senjata genggam, yang membuatnya luka parah. Pikiran dan doa kami bersama keluarga dan temannya," kata Purbrick.

Keluarganya telah diberitahu, kata pernyataan itu.

Kematiannya terjadi dua hari setelah dua tentara lain Inggris -satu dari Resimen Parasut dan satu lagi dari Zeni Listrik dan Mekanikal- tewas di Helmand.

Dari 374 tentara Inggris tewas sejak gerakan di Afghanistan dimulai pada Oktober 2001, sedikit-dikitnya 330 tewas akibat tindakan bermusuhan.

Sejumlah 26 tentara Inggris tewas pada tahun ini. Inggris memiliki sekitar 9.500 tentara di Afghanistan.

Perdana Menteri (PM) Inggris, David Cameron, menyatakan mereka akan ditarik pada 2015 sesudah tanggung jawab keamanan diserahkan kepada pasukan Afghanistan.

Saat berbicara pada Kamis pada akhir kunjungan dua hari ke Afghanistan, menteri pertahanan Inggris, Liam Fox, menyatakan bahwa penyerahan kendali keamanan di ibu kota Helmand, Lashkar Gah, pada akhir bulan depan tidak berarti pasukan Inggris pulang lebih awal.

Ia menyatakan, Inggris berada di jalur untuk menyelesaikan tugas pada ahir 2014.

"Kami terus dengan jadwal melatih sejumlah tentara dan polisi Afghanistan pada akhir tahun depan, yang berkat bimbingan angkatan bersenjata Inggris, mutunya meningkat setiap waktu," kata Fox.

Peningkatan jumlah korban tewas menjadi berita buruk bagi Washington dan sekutunya, yang pemilihnya semakin putus asa oleh korban dalam perang di tempat jauh itu, yang tampak berkepanjangan dan tak berujung.

Pejuang hak asasi manusia Inggris meluncurkan upaya membawa pejabat pertahanan ke pengadilan atas tuduhan keterlibatan tentara negara itu dalam penembakan rakyat Afghanistan, kata laporan pada awal Agustus 2010.

Wakil Perdana Menteri Inggris Nick Clegg pada ahir Agustus 2010 memastikan tugas tempur negaranya di Afghanistan berakhir pada 2015 dan berjanji melindungi pasukan garis depan dari pemotongan mendadak dalam anggaran pemerintah.

Anggota parlemen di London pada akhir Juli 2010 menyatakan akan mulai menyelidiki perang Afghanistan, mengkaji alasan pasukan Inggris tetap di sana sembilan tahun setelah serbuan dan apakah mereka berhasil.

Sejumlah 2.531 tentara asing tewas di negara terkoyak perang itu sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001 untuk menggulingkan pemerintah Taliban, yang menolak menyerahkan Osama bin Laden, yang dituduh melancarkan serangan di negara adidaya tersebut.

Korban terbanyak ialah tentara Amerika Serikat dengan 1,623 orang, diikuti Inggris (374), Kanada (156), Prancis (61), Jerman (53), Denmark (40), Italia (36), Spanyol (30), Polandia (27), Belanda (25), Australia (24), dan negara lain (82). Sekitar 40 negara terlibat dalam gerakan itu.
(U.B002/H-RN)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011