Yogyakarta (ANTARA News) - Pekan Budaya Tionghoa yang akan berlangsung di Yogyakarta, 27-31 Januari 2006 ingin mengajak masyarakat Tionghoa di daerah ini untuk menjaga dan mempertahankan kebudayaannya yang selama ini sering luput dari perhatian. Ketua Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta, Fathoni dalam pertemuannya dengan wartawan di Balai Kota Yogyakarta, Kamis, mengatakan masyarakat Tionghoa kadang-kadang kurang menyadari pentingnya melestarikan budaya nenek moyang mereka sendiri. "Di Yogyakarta banyak terdapat bangunan kuno khas Tionghoa, tetapi beberapa di antaranya sudah dipugar, padahal nilai budayanya sangat luar biasa," katanya. Ia berharap aset sejarah semacam itu bisa menjadi salah satu kekayaan budaya khas daerah ini, apalagi di Yogyakarta terdapat lebih dari 10.000 warga etnis Tionghoa yang tergabung dalam lebih dari 30 komunitas. Jumlah tersebut memang lebih sedikit bila dibandingkan dengan etnis Tionghoa di kota-kota besar, seperti Surabaya dan Semarang. Terkait dengan Pekan Budaya Tionghoa, Fathoni menyatakan bangunan kuno khas Tionghoa akan memeriahkan kegiatan tersebut dalam acara open house rumah tradisional yang berada di kawasan Jalan Ketandan. Pada acara tersebut, pengunjung dapat menyaksikan beragam mebel (furniture) interior rumah khas etnis peranakan Tionghoa. Selain open house, Pekan Budaya Tionghoa juga menawarkan berbagai acara, seperti pameran 18 foto dan lukisan Chinese Painting, pameran alat-alat musik tradisional, pameran busana, pameran dan lomba makanan khas Tionghoa, seni pertunjukan, lomba dan pameran lampion sertaa bazar. Sedangkan pembukaan akan dimeriahkan arak-arakan liong samsi dari klenteng Fuk Ling Miao (Klenteng Gondomanan) menuju kampus Akindo di kawasan Jalan Ketandan Wetan pada 27 Januari mulai pukul 15.00 WIB. Menanggapi pemilihan kawasan Ketandan sebagai pusat kegiatan, Penanggung Jawab Pekan Budaya Tionghoa, Murdjiati Garjito mengatakan kawasan tersebut sudah lama menjadi tempat tinggal etnis Tionghoa yang hidup berdampingan dengan masyarakat pribumi. "Tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti kawasan tersebut menjadi Chinese Town seperti yang terdapat di Singapura dan Indiai," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006