Jakarta (ANTARA News) - Melemahnya saham-saham di bursa regional memicu indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada awal pekan ini ditutup tertekan 0,91 persen.

IHSG pada Senin ditutup turun 35,15 poin ke posisi 3.813,43. Indeks 45 saham unggulan (LQ45) juga turun 6,24 poin atau 0,92 persen ke posisi 675,26 poin.

Analis Millenium Danatama Sekuritas, Ahmad Riyadi, di Jakarta, Senin, mengatakan bahwa pergerakkan perdagangan saham dalam negeri masih cenderung mengikuti pergerakkan dari bursa eksternal yang dibayangi sentimen negatif.

"Pelemahan indeks dalam negeri merupakan implikasi dari negatifnya bursa global," ujarnya.

Bursa Regional bergerak turun, seperti Indeks Hang Seng melemah 130,18 poin (0,59 persen) ke level 22.041,77, Indeks Nikkei-225 turun 100,40 poin (1,04 persen) ke level 9.578,31, dan Indeks Straits Times melemah 18,57 poin (0,61 persen) ke level 3.048,28.

Ahmad menambahkan, posisi ketidakpastian global kembali dijadikan alasan pelaku pasar untuk melanjutkan posisi ambil untung dan menempatkan dananya pada investasi lainnya yang dianggap aman dan kuat.

"Pelaku pasar kembali mengambil aksi profit taking dan mengalihkannya pada dolar Amerika Serikat yang dianggap aman dan kuat dalam kondisi pasar yang bergejolak ini," katanya.

Ia menambahkan, pelaku pasar asing yang keluar dari pasar saham dalam negeri sebesar Rp69,061 miliar (foreign net buy) menjadi salah satu katalis sentimen negatif di dalam bursa nasional.

Perdagangan saham di BEI berjalan kurang ramai , karena transaksi frekuensi mencapai 84.566 kali, pada volume saham yang diperdagangkan mencapai 3,652 miliar lembar saham dengan total nilai Rp2,929 triliun.

Dalam perdagangan Senin, penguatan saham di BEI sebanyak 72 saham, sementara saham turun sebanyak 169, dan 90 saham tidak bergerak harganya.

Saham BEI yang mengalami pelemahan diantaranya, Bumi Resources (BUMI) turun Rp100 ke Rp3.125, Borneo Lumbung Energi & Metal (BORN) turun Rp30 ke Rp1.400, Bank Negara Indonesia (BBNI)) turun Rp50 ke Rp3.750. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011