Muko Muko, Bengkulu (ANTARA News) - Kepala SD Negeri 6 Desa Arah Tiga, Muko Muko, Bengkulu, Isda Royani membantah menahan rapor Aprino Deka Putra (11) seorang anak yatim yang duduk di kelas V.

"Sampai sekarang kami belum menerima laporan dari wali kelas terkait penahanan rapor siswa yang merupakan anak yatim itu," kata Isda di Muko Muko, Sabtu.

Namun dia tidak membantah bila ada kesepakatan komite sekolah pada 2010 untuk membangun pagar melalui partisipasi wali murid dengan jumlah sebesar Rp90 ribu per siswa.

"Kesepakatan itu telah disetujui oleh seluruh wali murid dalam sebuah pertemuan, tujuannya untuk kepentingan sekolah dan kepentingan bersama," katanya.

Menurut dia, uang itu dikelola langsung oleh komite tanpa melibatkan pihak sekolah.

Ia mengatakan, seharusnya orang tua Aprino datang ke sekolah untuk menanyakan rapor anaknya, jika yang bersangkutan tidak mampu, ada solusi lain, karena pengutan itu bukan bersifat paksaan.

"Pihak sekolah pasti akan memberikan rapor siswa bila orang tuanya datang baik-baik ke sekolah, apalagi rapor anak yatim," katanya.

Selain itu, kata dia, belum diserahkannya rapor yang bersangkutan karena saat pembagian rapor Aprino tidak masuk sekolah, dia rekreasi ke pantai.

"Sekolah ingin menyerahkan rapor itu, tetapi karena sedang libur, menunggu jadwal masuk sekolah," ujarnya.

Berbeda dengan cerita yang disampaikan oleh orang tua Aprino Deka Putra yang mengatakan anaknya sempat menangis karena pada saat pembagian rapor pada Sabtu (25/6) pekan lalu, pihak sekolah tidak memberikan anaknya rapor.

"Anak saya pulang menangis tidak mendapat rapor karena belum membayar uang sumbangan untuk pembangunan pagar sebesar Rp90 ribu per siswa," kata Karmila, orang tua Aprino.

Wanita yang berprofesi sebagai buruh pembantu rumah tangga dan bergaji harian membantu panen padi dan jagung itu mengatakan Aprino merupakan anak dari suami pertamanya yang sudah meninggal empat tahun lalu.

"Saya ini bekerja sebagai buruh, penghasilan habis untuk makan, itu pun masih kurang, apalagi harus membayar uang sebesar itu," katanya.

Karmila mengaku tidak pernah menanyakan kepada pihak sekolah perihal belum diserahkan rapor anaknya karena keputusan itu katanya diambil dalam rapat komite.

"Masih ada seorang siswa yang juga anak yatim belum menerima rapor, dan siswi itu satu sekolah, sekarang kelas V sama dengan anak saya," katanya.

Sumbangan itu, kata dia, sangat memberatkan dirinya yang miskin.

(KR-FTO/E005)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011