Sleman (ANTARA News) - Ratusan warga dan wisatawan antusias mengikuti upacara adat Kirab Bregada atau pasukan tradisional yang membawa "Uba rampe" atau perlengkapan Labuhan Gunung Merapi di "shelter" Plosokerep, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu sore.

Kirab Bregada ini merupakan rangkaian kegiatan upacara Labuhan Merapi dalam rangka peringatan jumenengan atau naik tahta Sri Sultan Hamengku Buwono X sebagai Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrrat.

"Jodang untuk membawa `Uba rampe` yang dikirab ini sebenarnya kosong, karena `uba rampe` yang tadi pagi diserahkan pihak keraton sudah disemayamkan di rumah Juru Kunci Gunung Merapi Mas Lurah Ki Surakso Sihono, di `shelter` atau hunian sementara Dusun Plosokerep," kata Panitripuro Bagian Kahartakan Keraton gayogyakarta Hadiningrat Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Condro Purnomo.

Prosesi kirab bregada diawali dengan kirab pasukan dari lapangan di sisi utara kawasan "shleter" Plosokerep dengan membawa "jodang" (semacam kotak yang diusung prajurit), gunungan dan tumpeng yang diikuti muspika Kecamatan Cangkringan dan SAR maupun Tagana.

Selanjutnya setelah menempuh perjalanan sekitar lima ratus meter dilakukan upacara penyerahan "uba rampe" dari Kepala Desa Umbulharjo kepada juru kunci Gunung Merapi Mas Lurah Ki Surakso Sihono.

Juru kunci Gunung Merapi Mas Lurah Suraksosihono mengatakan bahwa "ube rampe" tersebut akan disemayamkan di kediamannya di "shelter" Plosoerep terlebih dahulu selama satu hari, sebelum diarak menuju Gunung Merapi.

"Secara ritual tidak akan ada yang berbeda dengan labuhan yang lalu," katanya.

Ia mengatakan, labuhan memiliki makna filosofis agar Tuhan Yang Maha Esa memberikan perlindungan dan keselamatan kepada umat manusia. Khusus untuk wilayah Cangkringan, yang menjadi wilayah terdampak paling besar karena erupsi Merapi.

"Diharapkan juga akan segera kembali nyaman dan tentram. Sementara untuk umat manusia, juga harus mampu menjaga lingkungan agar lestari dan lebih baik lagi demi keseimbangan dengan alam semesta," katanya.

Menurut dia, bagi semua korban Merapi yang saat ini masih tinggal di "shelter", diminta juga lebih bersabar sembari menunggu hasil dialog dengan pemerintah.

"Warga kami minta lebih bersabar, dan menunggu keputusan dari pemerintah terkait masalah relokasi dan hal lainnya," katanya.(*)
(U.V001/H008)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011