Aden, Yaman (ANTARA News) - Serangan udara Yaman yang ditujukan pada tersangka militan Al-Qaida di dekat Jaar, kota wilayah selatan yang dikuasai militan, menewaskan dua warga sipil dan mencederai tiga orang, kata seorang pejabat di kota itu, Minggu.

"Pesawat militer melancarkan sejumlah serangan kemarin (Sabtu) di daerah Al-Makhzan di pintu gerbang Jaar," kata pejabat itu kepada AFP di kota utama wilayah selatan, Aden.

Ia tidak menjelaskan bagaimana ia memperoleh informasi tersebut.

"Salah satu serangan itu menghantam rumah Omar Hassan, menewaskan pria itu dan melukai tiga orang," katanya.

Seorang warga sipil lain tewas dalam serangan terpisah, tambah pejabat itu.

Serangan-serangan itu ditujukan pada sebuah bangunan yang dulu ditempati dokter-dokter China namun kini dikuasai oleh militan, katanya.

Jaar terletak di provinsi Abyan, sebelah utara ibukota provinsi, Zinjibar, dimana pasukan Yaman terlibat dalam pertempuran hebat dengan tersangka gerilyawan Al-Qaida.

Seorang komandan mengatakan, Sabtu, 50 prajurit Yaman hilang setelah bentrokan dengan militan garis keras di sekitar Zinjibar.

"Kami kehilangan jejak 50 prajurit setelah serangan unsur-unsur Al-Qaida yang membuat mereka berhasil menguasai lagi stadion Al-Wahda" di luar Zinjibar, kata komandan yang tidak bersedia disebutkan namanya itu, yang bertugas untuk Brigade Mekanik 25, kepada AFP.

Menurut sumber-sumber militer, jatuhnya stadion itu ke tangan militan membuat pasukan kehilangan sebuah lokasi strategis karena persenjataan telah diangkut dengan helikopter untuk brigade yang ditempatkan di sana.

Kekerasan sejauh ini menewaskan lebih dari 135 prajurit sejak militan bersenjata yang menamakan diri "Pengikut Sharia" menguasai sebagian besar Zinjibar, ibu kota provinsi Abyan, pada 29 Mei.

Para pejabat keamanan mengatakan bahwa militan itu adalah Al-Qaida, namun oposisi politik menuduh pemerintah Presiden Ali Abdullah Saleh mengada-ada tentang ancaman jihad dengan tujuan menangkal tekanan Barat terhadap kekuasaannya yang telah berlangsung 33 tahun.

Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al-Qaida di Semenanjung Arab (AQAP).

Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara itu akan gagal dan Al-Qaida memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk memperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnya menjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut.

Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaida AQAP menyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang AS pada Hari Natal.

AQAP menyatakan pada akhir Desember 2009, mereka memberi tersangka warga Nigeria "alat yang secara teknis canggih" dan mengatakan kepada orang-orang AS bahwa serangan lebih lanjut akan dilakukan.

Para analis khawatir bahwa Yaman akan runtuh akibat pemberontakan Syiah di wilayah utara, gerakan separatis di wilayah selatan dan serangan-serangan Al-Qaida. Negara miskin itu berbatasan dengan Arab Saudi, negara pengekspor minyak terbesar dunia.

Selain separatisme, Yaman juga dilanda penculikan warga asing dalam beberapa tahun ini. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011