Beijing (ANTARA News) - Target total perdagangan Indonesia dan China tahun 2010 sebesar 30 miliar dolar AS ternyata mampu tercapai pada tahun 2008 bahkan terlampaui menjadi sebesar 31,9 miliar dolar AS.

Dubes RI untuk China Sudrajat ketika dihubungi dari Beijing, Selasa, mengatakan, total perdagangan kedua negara dalam beberapa tahun terakhir memang menunjukkan pertumbuhan yang sangat signifikan, yang pada tahun 2006 masih 16 miliar dolar AS menjadi 25 miliar dolar AS pada tahun 2007.

Sebenarnya, kata Sudrajat, target total perdagangan kedua negara tahun 2008 sebesar 20 miliar dolar AS dan target total perdagangan 2010 sebesar 30 miliar dolar AS.

Tapi ternyata target total perdagangan kedua negara tahun 2007 yang dipatok 20 miliar dolar AS bisa dilampaui menjadi 25 miliar dolar AS dan realisasi total perdagangan 2008 mencapai 31,9 miliar dolar AS. Padahal target 2010 sebesar 30 miliar dolar AS.

"Jadi target total perdagangan kedua negara tahun 2010 yang dipatok 30 miliar dolar AS ternyata sudah bisa tercapai pada tahun 2008," kata dubes menambahkan.

Dia mengatakan bahwa peningkatan yang cukup besar total perdagangan kedua negara itu memang tidak terlepas dari adanya kesepakatan Kemitraan Strategis RI-China yang telah ditandatangani oleh presiden RI dan China tahun 2005.

Selain itu pula, tambahnya, peningkatan total perdagangan tersebut juga tidak terlepas dari kerja keras yang telah dilakukan oleh berbagai pihak di kedua negara yang selama ini terus dan aktif melakukan upaya dan langkah peningkatan perdagangan.

Sekalipun demikian dia mengakui bahwa sekalipun total perdagangan kedua negara menunjukkan peningkatan, tapi dilihat dari neraca perdagangan, Indonesia tahun 2008 mengalami defisit yang kian besar dengan China.

Sudrajat menyebutkan bahwa pada tahun 2007 defisit perdagangan Indonesia dengan China masih sebesar 200 juta dolar AS tapi pada tahun 2008 membengkak menjadi sekitar 2,9 miliar dolar AS.

"Setelah saya amati ternyata defisit itu terjadi karena Indonesia banyak mengimpor barang-barang modal seperti mesin berat khususnya untuk membangun pembangkit listrik," kata dubes.

Meskipun demikian, ia tetap menilai bahwa besarnya nilai impor barang modal berupa mesin untuk pembangkit listrik untuk jangka panjang akan menghasilkan sesuatu yang positif bagi Indonesia. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009