Jakarta (ANTARA News) - Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan kenaikan tarif dasar listrik (TDL) sebesar 30 persen akan memberikan kontribusi kepada tingkat inflasi sebesar sekitar satu persen. "Saya kira kalau kenaikannya 30 persen saja bisa nambah satu persen on top (maksimalnya)," kata Direktur Statistik Keuangan dan Harga BPS, Ali Rosidi usai mengikuti rapat di Gedung Departemen Keuangan Jakarta, Rabu. Ia menyebutkan, sumbangan inflasi sebesar satu persen itu akan terjadi pada bulan ketika TDL dinaikkan dengan kondisi ceteris paribus (tidak terjadi perubahan pada sektor lain). "Kalau yang lain tetap (tarif telepon, air minum tidak naik), itu sumbangannya segitu," katanya. Ali menyebutkan, pada bulan Februari biasanya terjadi deflasi. Jika pada Februari biasanya terjadi inflasi sebesar negatif 0,6 persen, maka tingkat inflasi pada bulan itu akan menjadi sekitar 0,4 persen. Dalam kesempatan itu ia juga menyarankan jika memang pemerintah benar-benar menaikkan TDL maka kenaikannya dilakukan pada tengah-tengah bulan seperti pada tanggal 17. "Karena selama tanggal 1 hingga 16 pelanggan akan membayar dengan tarif lama dan baru akan membayar tarif baru mulai tanggal 17, sehingga pengaruhnya terhadap inflasi juga akan rendah dibandingkan dengan kenaikan pada awal atau akhir bulan," katanya. Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Burhanudin Abdullah menyarankan kepada pemerintah agar tidak menaikan TDL lebih dari 30 persen, agar tidak mengganggu pengelolaan inflasi di tahun 2006. "Kita optimistis inflasi 2006 bisa dicapai sekitar 8,0 persen, tetapi persyaratanya kenaikan TDL maksimal 30 persen. Lebih dari itu ada risiko inflasi naik lebih dari 8 persen," kata Burhanudin. Burhanudin menambahkan, saran BI tersebut sudah disampaikan ke pemerintah, dengan harapan laju inflasi pada tahun ini bisa dijaga pada posisi 8 persen. Sementara mengenai dampak kenaikan harga minyak internasional, Burhanudin mengatakan sampai saat ini masih belum mengganggu stabilitas nilai tukar rupiah. "Memang ada pengaruhnya, paling tidak kebutuhan valuta asing untuk impor menjadi besar, ini sedikit mengganggu, tetapi sampai saat ini rupiah masih terjaga dan masih sekitar Rp 9500 per dolar AS," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006