Singapura (ANTARA) - Harga minyak turun di perdagangan Asia pada Kamis pagi, menyusul data penggajian sektor swatsa AS yang lemah dan beberapa aksi ambil untung, tetapi tetap didukung oleh pasokan yang ketat karena produsen OPEC+ terjebak pada rencana peningkatan produksi moderat.

Minyak mentah Brent turun 37 sen atau 0,4 persen, menjadi diperdagangkan di 89,10 dolar AS per barel pada pukul 01.27 GMT, setelah naik 31 sen pada Rabu (2/2/2022). Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 54 sen atau 0,6 persen, menjadi diperdagangkan di 87,72 dolar AS per barel, setelah naik 6 sen pada hari sebelumnya.

"Penurunan pagi ini mungkin akibat dari angka pekerjaan ADP AS yang sangat rendah tadi malam, tetapi kami percaya tekanan pasokan dapat mendorong harga minyak lebih tinggi sepanjang tahun ini," kata Howie Lee, ekonom di OCBC di Singapura.

Data penggajian swasta AS turun untuk pertama kalinya dalam satu tahun pada Januari, meningkatkan risiko penurunan tajam dalam pekerjaan yang akan menyebabkan kemunduran sementara ke pasar tenaga kerja.

Namun, pasokan global yang ketat dan ketegangan geopolitik di Eropa Timur dan Timur Tengah telah mendorong harga minyak sekitar 15 persen sepanjang tahun ini.

Selama seminggu terakhir, patokan minyak mentah mencapai harga tertinggi sejak Oktober 2014, dengan minyak mentah AS naik hingga 89,72 dolar AS pada Rabu (26/1/2022) dan Brent menyentuh 91,70 dolar AS pada Jumat (28/1/2022).

Harga juga tertekan pada Rabu malam (2/2/2022) setelah Menteri Perminyakan Iran mengatakan negara itu siap untuk kembali ke pasar minyak secepat mungkin, tetapi tidak menawarkan beberapa rincian.

"Pasar minyak tidak benar-benar lebih dekat untuk melihat tambahan barel minyak mentah, tetapi hari ini kami tidak melihat katalis baru untuk mengirim harga ke level tertinggi baru," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, sepakat pada Rabu (2/2/2022) untuk mempertahankan kenaikan moderat 400.000 barel per hari (bph) dalam produksi minyaknya, dengan kelompok sudah berjuang untuk memenuhi target yang ada dan meskipun ada tekanan dari konsumen utama untuk meningkatkan produksi lebih cepat.

"OPEC+ akan menghemat janji produksi yang lebih besar dari perkiraan ketika minyak di atas 100 dolar AS per barel," kata Moya.

Kelompok itu menyalahkan lonjakan harga pada kegagalan negara-negara konsumen untuk memastikan investasi yang memadai dalam bahan bakar fosil saat mereka beralih ke energi yang lebih hijau, sementara beberapa sumber OPEC+ juga mengatakan harga telah didorong oleh ketegangan Rusia-AS.

Komite Teknis Bersama OPEC+ mengatakan dalam sebuah laporan bahwa mereka memperkirakan surplus keseluruhan pada 2022 mencapai 1,3 juta barel per hari, sedikit lebih rendah dari perkiraan sebelumnya 1,4 juta barel per hari.

Stok minyak mentah AS turun 1 juta barel pekan lalu, Badan Informasi Energi AS mengatakan pada Rabu (2/2/2022), melawan ekspektasi untuk peningkatan, sementara persediaan produk sulingan juga turun di tengah permintaan yang kuat baik di dalam negeri maupun di pasar ekspor.

Menjaga harga, badai musim dingin besar diperkirakan akan menghantam sebagian besar Amerika Serikat bagian tengah dan membentang ke bagian Timur Laut minggu ini, membawa salju lebat, hujan beku dan es, kata Layanan Cuaca Nasional (NWS).

Badai itu terjadi beberapa hari setelah ledakan musim dingin yang mematikan dan dapat meningkatkan harga minyak, terutama karena beberapa daerah menggantikan gas alam di mana pasokannya mungkin langka.

Baca juga: Wall St raih kenaikan sesi keempat beruntun didorong saham teknologi
Baca juga: Dolar hentikan penurunan di sesi Asia jelang pertemuan BoE dan ECB
Baca juga: Emas bertahan di atas level 1.800 dolar di perdagangan Asia

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022