Denpasar (ANTARA News) - Ketua Dewan Pengurus Daerah Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Bangli, Bali, Dewa Gede Agung Lidartawan, menilai aparat dan pemerintah kabupaten lambat mengantisipasi kasus bentrokan antarwarga hingga seorang warga tewas.

"Saya melihat aparat dan pemkab lambat mengantisipasi hal tersebut, semestinya intelejen kepolisian sebelumnya sudah mencium gelagat semacam itu. Ketika massa menyerbu baru ada antisipasi, jelas terlambat dong," kata Lidartawan saat dihubungi dari Denpasar, Kamis.

Ia mengatakan, peristiwa tersebut memang kelihatannya dipicu masalah sepele, ketersinggungan anak muda saat nonton sepak bola yang berbuntut pada perkelahian. Tetapi sebenarnya masalah ini sudah ada sebelumnya, seperti pada saat pelaksanaan pemilihan kepala daerah telah ada masalah antara warga Songan dengan warga kota dan sekitarnya.

"Namun saat itu bisa diredam. Tetapi penyelesaiaan permasalahan kan tidak sampai disitu, masih ada dendam antarwarga," katanya. Nah hal ini tidak dilanjuti dengan mediasi sampai tuntas," katanya.

Sebagai warga Bangli, kata Lidartawan, peristiwa berdarah itu sangat memalukan, karena masalah sepele yang dipicu oleh anak muda tersebut kemudian warga Songan tidak terima diperlakukan warganya seperti itu, sehingga terjadi penyerangan ke Banjar Kawan, Bangli.

"Disinilah semestinya Pemkab Bangli jeli melihat permasalahan dan mengevaluasi keberadaan pemudanya. Apakah sudah diberdayakan secara optimal atau belum," ucap pria yang juga dosen itu.

Menurutnya, pemberdayaan kepemudaan di kabupaten yang terkenal sejuk ini belum optimal, alasannya bagaimana memberdayakan pemuda karena anggaran untuk kegiatan kepemudaan sangat minim.

"Kegiatan yang mengarah untuk mempersatukan kepemudaan sangat minim, karena kurangnya perhatian dari pemkab termasuk anggaran dana," ucapnya.

Ia berharap pemuda di Kabupaten Bangli harus berpikir dewasa dan berpikir ke masa depan, bila ada permasalahan sebaiknya diselesaikan secara damai dan musyawarah.

"Kalau semua pemuda berpikir untuk jalan damai, tentu peristiwa bentrokan pada Selasa malam (19/7) tidak akan terjadi," ujarnya.

Sebelumnya, peristiwa berdarah berawal dari kasus pengeroyokan puluhan siswa asal Banjar Kawan terhadap empat siswa SMK 2 Bangli dari Desa Songan di Desa Kayubihi.

Atas kejadian itu, empat siswa yang menjadi korban penganiayaan itu melapor ke Polres Bangli. Warga Songan yang emosi, dalam waktu yang singkat sudah berkumpul hendak menyerang Banjar Kawan.

Niat ini sempat dicegah dan ditenangkan tokoh masyarakat dan juga aparat kepolisian. Namun massa berhasil lolos menembus brikade aparat sampai akhirnya bentrok fisik pun pecah di sekitar lingkungan Cempaga Bangli.

(ANTARA/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011