Saat ini gandum yang kami tanam di Cipanas sudah generasi kedua. Benihnya adalah hasil radiasi dari benih yang saya peroleh dari Australia pada Oktober 2010
Jakarta (ANTARA News) - Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) menyeleksi ribuan biji gandum mutan hasil radiasi untuk dijadikan benih varietas unggul yang mampu ditanam di dataran rendah tropis Indonesia.

"Gandum adalah makanan pokok kedua setelah padi tapi kita mengimpor gandum 100 persen. Penyebabnya tanaman ini sulit ditanam di dataran rendah tropis, sedangkan di dataran tinggi bisa, tetapi kalah bersaing dengan sayur-mayur," kata pakar pemuliaan tanaman Batan Prof Dr Suranto Human di Jakarta, Selasa.

Karena itu untuk mengurangi impor gandum nasional yang pada 2010 sudah mencapai hampir 6 juta ton, Batan terus mencari bakal benih yang memiliki daya adaptai tinggi di daerah tropis sekaligus memiliki produktivitas tinggi.

"Radiasi dengan dosis 200-300 Gy akan menghasilkan ragam genetik terbanyak. Dari ribuan populasi hasil penyinaran ini kemudian ditanam hingga panen dan dicari galur yang terbaik, seperti yang cepat berbuah, yang malaynya besar atau bijinya banyak," katanya.

Hasil dari penanaman yang pertama kemudian ditanam lagi dan seterusnya sampai generasi keempat atau lebih, baru kemudian dibawa ke Konsorsium Gandum Indonesia dan diajukan ke Kementerian Pertanian untuk disertifikasi.

"Saat ini gandum yang kami tanam di Cipanas sudah generasi kedua. Benihnya adalah hasil radiasi dari benih yang saya peroleh dari Australia pada Oktober 2010 lalu. Dari asalnya memang sudah memiliki ketahanan terhadap temperatur tinggi," katanya.

Untuk tahap pertama, galur-galur ini ditanam di dataran tinggi lebih dulu (Cipanas adalah dataran tinggi, sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut), baru kemudian secara bertahap diujicobakan ke dataran sedang dan berikutnya di dataran rendah.

Selain menanam biji-biji gandum mutasi baru, pihaknya bersama Konsorsium Gandum Indonesia juga sedang meneliti 15 galur gandum terbaik, tujuh di antaranya galur hasil radiasi Batan, misalnya CBD17 yang sudah ditanam di dataran rendah dan bisa tumbuh dengan baik.

"Yang ditanam di Bogor dan Sukabumi itu sudah generasi kelima. Produktivitasnya bisa 4-5 ton per hektare. Meski kalah jauh dengan gandum di Amerika Serikat atau Eropa yang produktivitasnya mencapai 10-11 ton per hektare, ini sudah bagus untuk dataran rendah tropis," katanya.

Gandum ujarnya, tanaman yang sangat sensitif, karena hanya mau ditanam di daerah dingin tapi kering, kalau ditanam di daerah dingin tapi memiliki curah hujan tinggi, gandum tak mau tumbuh. 
(*)



Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011