Medan (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) Medan, Sumatera Utara (Sumut), yang membawahi Provinsi Sumut dan Aceh, mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kehati-hatian dengan adanya kecenderungan naiknya temuan uang palsu, dan dikhawatirkan naik lagi pada Ramadhan saat banyaknya jumlah uang yang beredar.

"Pada Juni peredaran uang palsu di wilayah BI Medan (Sumut-Aceh) sudah mencapai Rp9,040 juta dari Januari yang Rp4,954 juta, bahkan di Maret yang sempat nihil. Masyarakat diminta semakin jeli saat bertransaksi agar jangan tertipu uang pasu," kata Kepala Bidang Ekonomi dan Moneter BI Medan, Mikael Budisatrio, di Medan, Jumat.

Uang palsu sebanyak Rp9,040 juta itu berasal dari 165 lembar uang yang ditemukan dalam transaksi di perbankan di bawah Kantor BI Medan, yang terdiri atas 29 lembar pecahan uang Rp100.000, dan 116 lembar uang Rp50.000,  serta 14 lembar Rp20.000, selain enam lembar uang Rp10.000.

Pada Mei 2011, BI Medan mencatat, uang palsu masih Rp6,020 juta dengan jumlah lembaran terbanyak juga berupa pecahan Rp50.000 atau sebanyak 78 lembar.

Uang palsu pada Mei 2011 menurun dibandingkan April yang sempat sebesar Rp8,21 juta.

Harus semakin hati-hati, karena tingkat pemalsuan juga cenderung sudah hampir mendekati kesamaan pada uang asli, katanya.

Pengamat ekonomi Sumut, Jhon Tafbu Ritonga, mengatakan bahwa pola hidup konsumtif masyarakat khususnya menjelang hari besar keagamaan masih sulit ditekan yang ditandai dengan naik signifikannya peredaran uang di bulan-bulan tersebut.

Dampak negatif naiknya peredaran uang menjelang hari besar keagamaan itu juga menjadi salah satu pemicu naiknya peredaran uang palsu.

Untuk melindungi masyarakat, kata dia, BI harus tetap melakukan sosialisasi cara mengenali uang palsu dan pihak kepolisian harus meningkatkan pengawasan agar peredaran uang palsu itu bisa ditekan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011