Jakarta (ANTARA News) - Jenazah Bambang Wielianto (36 tahun) yang ditemukan tewas berlumuran darah ketika menginap di Gedung Konsulat Jenderal RI di New York, Minggu pagi, akan dikremasi ke negara tersebut dan pihak keluarga akan mengirimkan Mei Na (kakak korban) untuk menyaksikan peristiwa tersebut. "Kami mengutus kakaknya untuk berangkat ke AS, namun sekarang masalahnya paspor dia (Mei Na) hilang. Sekarang sedang diusahakan untuk mendapatkan dokumen khusus untuk bisa melihat adiknya," kata Jhon Wilky (48) paman almarhum ketika ditemui di rumah duka Jl Mangga XX E/125 Kelurahan Kepa Duri, Jakarta Barat, Senin. Jhon belum tahu apakah Mei Na bisa berangkat atau tidak ke AS, namun ia berharap Pemerintah RI membantu sehingga kakak korban bisa menyaksikan kremasi adik kandungnya tersebut. Menurut dia, alasan pelaksanaan kremasi di AS terebut karena pertimbangan biaya yang cukup tinggi untuk bisa memboyong jenazah korban ke Indonesia. Pihak keluarga akan merelakan upacara kremasi jenazah Bambang di AS. "Itupun kalau Mei Na bisa berangkat. Kalau tidak maka pengurusannya akan diserahkan kepada KJRI dan pemerintahan setempat. Tapi saya berharap Pemerintah RI bisa membantu agar kelengkapan dokumen kakaknya lengkap dan bisa terbang ke AS," kata Jhon yang bertindak mewakili keluarga besar korban. Ia mengatakan, pihak keluarga sangat berkeinginan mendapatkan `abu kremasi` dari Bambang yang merupakan anak bungsu dari dua bersaudara pasangan Rudi dan Nyo Yan tersebut. "Saya berharap kakaknya bisa membawa abu kremasi itu ke Jakarta," kata Jhon. Mengenai kematian Bambang Wielianto di salah satu kamar di KJRI, New York AS, Minggu pagi waktu setempat, Jhon Wilky menyerahkan kepada pemerintah RI dan penyidik di sana (NYPD). Namun demikian, pihak keluarga masih merasa bingung tentang kabar kematian Bambang. Menurut pemberitahuan Deplu RI melalui salah seorang petugasnya, menyebutkan pria tersebut ditemukan bersimpah darah dengan dugaan bunuh diri dengan bukti-bukti pisau di sekitar lokasi kejadian. Di bagian lain, lanjut dia, pihak keluarga juga mendapatkan informasi bahwa pihak penyidik setempat (NYPD) masih melakukan penyelidikan untuk mengetahui sebab penyebab kematian Bambang. "Terus terang kami masih kebingungan dengan informasi yang sebanarnya, namun kami berharap mendapatkan kronologis kejadian yang sebenarnya. Kami menerima ini sebagai musibah, namun tetap akan mengikuti perkembangan penyelidikan yang dilakukan petugas kepolisian setempat," ujarnya. Sementara itu, kabar duka diterima oleh pihak keluarga Senin dinihari sekitar pukul 03.00 WIB. Beberapa petugas Departeman Luar Negeri RI mendatangi rumah orang tua Bambang di Jl Mangga XX E/ 125 Kepa Duri, Jakarta Barat itu. Menerima kabar duka tersebut, menurut dia, bagaikan petir di siang bolong. "Minggu pagi Bambang sempat mengucapkan selamat Tahun Baru Imlek kepada ibu dan mertuanya," kata Jhon. Selain itu, korban juga sempat membesarkan hati ibunya Ny Nyo Yan dengan mengatakan ibunya jangan khawatir dengan keadaan dirinya (Bambang) di AS yang dalam kondisi sehat. Selain itu ia memberitahukan bahwa ia akan pulang ke Indonesia pada kesokan harinya. "Yah ... hari Senin ini ia rencananya akan pulang dari AS, jadi siapa yang tidak kaget dengan berita duka yang disampaikan oleh petugas dari Deplu itu," kata Jhon Wilky. Sementara itu menurut pemantauan ANTARA, dirumah duka di Jalan Mangga XX blok E 125 tampak berkabung. Sejumlah kerabat berada di didalam rumah yang bercat putih dan berpagar coklat namun tertutup rapat. Beberapa kali Meilani Sanjaya (34) istri Bambang, menanggis histeris. Sedangkan kedua anaknya, George (2 tahun) dan Nathan (10 bulan) tampak bermain bersama beberapa kerabat dekatnya. Mereka tak tahu peristiwa yang menimpa ayah mereka di AS. "Kami tidak menerima firasat apapun, ia berangkat ke AS untuk refreshing dan bukan untuk cari pekerjaan," kata Jhon. Sementara itu, kedua orang tua korban Rudi (bapak) dan ibunya Nyo Yan terus berada di dalam rumah dan menolak untuk dimintai keterangannya. "Ibu tidak berkenan diwawancara, sedangkan ayahnya (Rudi) kondisinya sakit. Ia sangat terpukul dengan kepergian anak lelaki satu-satunya itu," kata Jhon Wilky.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006