Wibowo menegaskan, "Kami belum melihat indikasi keterlibatan asing dalam pasokan senjata..."
Jakarta (ANTARA News) - Kondusivitas keamanan di Provinsi Papua yang belakangan ini kerap terganggu belum mengindikasikan terdapat intervensi pihak luar negeri di sana apalagi berupa suplai persenjataan. "Belum, saya belum melihat itu," kata Kepala Staf TNI-AD, Jenderal TNI Pramono Wibowo, di Jakarta, Kamis.

Bersama Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, adik ipar Presiden Susilo B Yudhoyono itu menjenguk tiga prajurit TNI-AD yang tertembak kelompok bersenjata OPM, di RSPAD Gatot Soebroto di Jakarta. Ikut pula rombongan Komisi I DPR yang menjadi mitra bidang pertahanan, informasi, dan luar negeri petinggi-petinggi itu.

Lebih jelas lagi, Wibowo menegaskan, "Kami belum melihat indikasi keterlibatan asing dalam pasokan senjata."

Sejak awal Juli lalu, serangan bersenjata terhadap instalasi militer dan personel militer di Papua memang meningkat ekskalasinya. Berdasarkan temuan dan penyelidikan, jenis-jenis senjata yang kerap dipakai komplotan bersejata itu adalah AK-47,  M-16 serta senjata rakitan.

Dari mana mereka mendapat senjata-senjata itu? "Khan pernah ada beberapa pucuk senjata TNI hilang, saat pos-pos TNI diserang. Sementera itu dugaan kuatnya," kata Wibowo.

Secara terpisah, Wakil Ketua Komisi I DPR, Tubagus Hassanuddin, menegaskan masalah Papua bagi Indonesia sudah selesai.

"Negara Kesatuan Republik Indonesia sudah final, jadi tidak boleh ada pihak asing, siapa pun yang mencampuri kedaulatan Indonesia. DPR saja tidak pernah mencampuri urusan berbangsa dan bernegara negara lain," katanya.

Ilustrasi termutakhir keadaan di Papua itu juga diberikan oleh para korban penembakan. "Kadang OPM-nya tidak banyak hanya tiga sampai lima. Tetapi rentetan tembakannya bisa lebih bahkan dari berbagai arah," kata Pratu Herbert.

Dia terluka tembak saat diserang komplotan dalam satu patroli di Puncak Senyum, Puncak Jaya, Papua.

Dia menuturkan, saat itu ia sedang berpatroli dengan 11 orang rekannya. Tiba-tiba ada tiga anggota OPM menghadang dan menyerang.

Akibatnya. lima orang anggota TNI-AD dalam regu patroli itu tertembak termasuk dirinya yang mengalami luka tembak di telapak tangan kanannya hingga tiga jarinya patah.

"Bahkan, saat kita mundur pun masih diserang," kata anggota Batalion Infantri 753/BS itu. Sebagai prajurit, dia tahu jenis senjata OPM yang dipakai menterang itu, yaitu AK-47 dan M-16. (R018)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011