Singapura (ANTARA) - Dolar dan mata uang aman atau safe-haven lainnya mempertahankan kenaikan mereka di perdagangan Asia pada Senin pagi, sementara mata uang yang lebih berisiko tertekan, dengan para pedagang gelisah tentang prospek perang di Eropa dan terguncang oleh melonjaknya inflasi.

Risiko perang di Ukraina telah membuat euro mundur ke 1,1360 dolar AS dari tertinggi minggu lalu di 1,1495 dolar AS.

Dolar Australia dan Selandia Baru juga tertekan di bawah level minggu lalu, dan rubel Rusia melemah setelah mengalami penurunan paling tajam dalam hampir dua tahun pada Jumat (11/2/2022).

Mata uang safe-haven yen telah naik menjadi 115,50 yen dari level terendah lima minggu di 116,34 yen minggu lalu.

Baca juga: Dolar melemah dan euro menguat jelang laporan inflasi AS

Rusia dapat menyerang Ukraina kapan saja dan mungkin membuat dalih mengejutkan untuk melakukan serangan, kata Amerika Serikat, Minggu (13/2/2022). Kanselir Jerman Olaf Scholz, yang menuju ke Kyiv pada Senin dan Moskow untuk melakukan pembicaraan dengan Presiden Vladimir Putin pada Selasa (15/2/2022), memperingatkan sanksi jika Moskow benar-benar menyerang.

Titik nyala itu menambah tekanan yang sudah terbukti dalam respons pasar yang bergejolak terhadap data inflasi AS yang lebih panas dari perkiraan pekan lalu, dan meskipun kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga darurat telah mereda, analis memperkirakan dolar akan tetap didukung.

"Dengan ekspektasi kenaikan Fed melonjak lagi dan ketegangan geopolitik di Ukraina meningkat secara dramatis, indeks dolar akan kembali ke depan lagi," kata analis di Westpac.

Baca juga: Dolar dan euro bergerak mendatar, setelah ECB tidak lebih "hawkish"

Indeks dolar stabil di 95,937 di awal sesi Asia. Analis melihat euro, yang turun 1,2 persen terhadap yen pada Jumat (11/2/2022), dan mata uang importir minyak sebagai yang paling berisiko dari konflik di Ukraina. Harga minyak telah melonjak.

Pada Senin, Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde akan berbicara kepada Parlemen Eropa dan Presiden Fed St Louis James Bullard, yang mengguncang pasar dengan komentar hawkish setelah data inflasi minggu lalu, akan muncul di CNBC.

Sterling bertahan di 1,3567 dolar AS pada Senin, karena investor yakin bank sentral Inggris menaikkan suku bunga bulan depan dan memperkirakan sekitar 40 persen peluang kenaikan 50 basis poin.

Dolar Selandia Baru turun 0,1 persen menjadi 0,6645 dolar AS dan dolar Australia melayang di 0,7140 dolar AS.

Data pekerjaan Australia akan dirilis pada Kamis (17/2/2022) dan risiko kejutan telah mendorong pengukur volatilitas dolar Aussie ke level tertinggi hampir satu tahun.

Federal Reserve AS akan merilis risalah pertemuan Januari pada Rabu (16/2/2022).

Obrolan minggu lalu tentang kenaikan darurat antar-pertemuan diredam ketika Fed merilis jadwal pembelian obligasi yang tidak berubah untuk bulan mendatang, karena bank sentral mengatakan akan menaikkan (suku bunga) hanya setelah pembeliannya berakhir.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022