Jakarta (ANTARA) - Satuan Tugas Penanganan COVID-19 melaporkan adanya penambahan kasus aktif di Indonesia sebanyak 23.018 dan secara total menjadi 375.857, sementara 145 orang dilaporkan meninggal dunia pada Senin.

Berdasarkan data Satgas COVID-19 pada Senin hingga pukul 12.00 WIB, jumlah harian yang terkonfirmasi positif COVID-19 mencapai 36.501 orang atau berkurang dari hari sebelumnya yang menyentuh angka 44.526 orang, dengan kesembuhan mencapai 13.338 orang.

Sementara itu, ada 440.198 spesimen yang selesai diperiksa hingga Senin siang, terdiri dari 119.136 Real-Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR), 373 dari tes cepat molekular (TCM), serta 320.689 dari antigen. Dari hasil RT-PCR terdapat 45.360 spesimen positif, sedangkan hasil antigen tercatat 39.773 spesimen positif.

Baca juga: Presiden minta masyarakat tetap tenang dan disiplin terapkan prokes

Uji laboratorium melaporkan terdapat 83 spesimen invalid dan inkonklusif. Dengan demikian positivity rate spesimen harian COVID-19 di Indonesia mencapai 19,38 persen.

Jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 tertinggi harian terjadi di DKI Jakarta mencapai 10.275 kasus, 87 jiwa dinyatakan sembuh, sementara 53 orang meninggal dunia. Provinsi dengan kasus tertinggi harian berikutnya adalah Jawa Barat mencapai 8.333 terkonfirmasi positif, 2.093 pasien sembuh dan lima orang dinyatakan meninggal dunia.

Banten menjadi provinsi dengan kasus harian COVID-19 tertinggi ketiga pada Senin siang, dengan total mencapai 4.006. Sebanyak 3.665 orang dinyatakan sembuh dan tujuh pasien meninggal dunia.

Provinsi Jawa Timur ada di urutan keempat dengan 3.885 kasus harian, 3.023 pasien dinyatakan sembuh, sementara 21 orang meninggal dunia. Selanjutnya Jawa Tengah dengan kasus harian mencapai 2.366, 1.130 pasien sembuh, sedangkan 22 orang meninggal dunia.

Baca juga: Satgas: Kasus COVID-19 di Bantul naik 1.000 orang dalam dua pekan

Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi menyatakan bahwa kasus infeksi Omicron harus dipastikan dengan pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS), prosedur laboratorium untuk menentukan seluruh urutan basa nitrogen dalam genom atau materi genetik suatu organisme.

Dia menyampaikan penjelasan itu ketika dimintai tanggapan mengenai promosi alat tes antigen yang diklaim bisa mendeteksi penularan virus corona penyebab COVID-19 varian Omicron di platform perniagaan daring serta beberapa klinik di Jakarta.

"Saat ini ada metode S-Gene Target Failure RT-PCR, tapi ini pun sifatnya hanya dugaan. Untuk memastikan (kasus infeksi terjadi akibat) Omicron atau bukan harus tetap menggunakan Whole Genome Sequencing," kata Siti Nadia Tarmizi kepada ANTARA di Jakarta.

Kendati demikian, Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan itu menjelaskan bahwa pemeriksaan menggunakan metode RT-PCR maupun alat tes antigen tetap dibutuhkan untuk mendeteksi dini penularan COVID-19.

"Tetap pakai (hasil tes) PCR atau antigen karena yang penting kita tahu dulu apakah kita positif atau tidak, jadi bisa segera mengambil langkah perlindungan," katanya.

Baca juga: Dinkes: 1.188 pasien COVID-19 di Bali dirawat di RS rujukan

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022