Hiroshima, Jepang (ANTARA News) - Perdana Menteri Jepang Naoto Kan Sabtu memperbarui janjinya untuk membantu Jepang bebas nuklir pada saat Hiroshima memperingati ke-66 tahun serangan bom atom Amerika Serikat, ditengah kriris Fukushima.

Setelah gempa 11 Maret dan tsunami yang memicu kecelakaan nuklir yang menyisakan kebocoran radiasi ke udara, tanah dan laut, Kan mengatakan negara harus mengurangi ketergantungan kepada tenaga atom dengan tujuan akhir menjadi bebas nuklir.

"Dengan skala besar, kecelakaan nuklir yang telah memicu kebocoran radiasi, menyebabkan perhatian serius tidak hanya di Jepang tetapi juga di dunia," kata Kan, yang mengenakan setelan hitam dan dasi, pada upacara peringatan di Taman Perdamaian Hiroshima.

"Saya akan mengurangi ketergantungan Jepang pada listrik tenaga nuklir, yang bertujuan menciptakan masyarakat tidak akan bergantung pada pembangkit listrik tenaga atom," tambahnya.

Wali kota Hiroshima, Kazumi Matsui, juga menyerukan pemerintah untuk meninjau kebijakan energi negara setelah kecelakaan Fukushima, yang terburuk di dunia sejak ledakan Chernobyl 25 tahun lalu.

"Radiasi yang terus menerus telah membuat banyak orang hidup dalam ketakutan dan merusak kepercayaan masyarakat terhadap tenaga nuklir," katanya.

"Pemerintah Jepang harus segera meninjau kebijakan energi ... untuk mendapatkan kembali pemahaman dan kepercayaan masyarakat," katanya.

Seorang pejabat kota mengatakan bahwa sekitar 50.000 orang berpartisipasi dalam upacara mengenang pemboman atom 1945, yang diperkirakan menewaskan langsung 140.000 orang atau karena luka bakar dan penyakit radiasi segera setelah ledakan.

Lebih dari 70.000 tewas akibat serangan atom AS di pelabuhan Nagasaki tiga hari setelah pemboman Hiroshima.

Upacara Sabtu dihadiri oleh perwakilan lebih dari 60 negara termasuk Amerika Serikat.

Pemerintah Kamis mengatakan akan memecat tiga pejabat tertinggi energi berkaitan dengan penangnan mereka terhadap bencana atom Fukushima, dan skandal lainnya yang telah mengikis kepercayaan publik dalam kebijakan nuklir negara itu, demikian dilaporkan AFP..

(H-AK/H-RN)

(Uu.SYS/C/H-AK/C/H-RN) 06-08-2011 12:44:46

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011