Jakarta (ANTARA News) - Mata uang rupiah terhadap dolar AS pada akhir pekan masih dalam tren tertekan dipicu mencemaskan pelaku pasar yang masih mengkhawatirkan kodisi ekonomi global.

Kurs nilai mata uang rupiah pada Jumat sore antarbank di Jakarta melemah sebesar 15 poin terhadap dolar AS menjadi 8.545 dibanding posisi sebelumnya senilai 8.530 per dolar AS.

Head of Research and Analysis Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, gejolak pasar dan kecemasan mengenai kondisi ekonomi global membuat pelaku pasar bersikap hati-hati sehingga sebagian investor lebih cenderung melepas rupiah dan berpindah ke dalam bentuk dolar AS.

"Pelaku pasar mata uang masih cemas menyusul volatilitas pada pasar lainnya termasuk pergerakan naik turunnya pasar saham," kata dia.

Ia menambahkan, pelaku pasar uang enggan untuk menambah posisi baru menjelang akhir pekan, kebanyakan investor lebih memilih bersikap "wait and see".

"Namun mereka mengharapkan perdagangan akan berada di kisaran 8.535-8.540," kata dia.

Ia mengatakan, dollar AS mendapat dorongan positif dari data AS yang menunjukkan jumlah klaim pengangguran berkurang yang merupakan penurunan paling sedikit sejak awal April 2011.

Analis valas Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih menambahkan, kendati penurunan klaim pengangguran AS belum mencerminkan tambahan tenaga kerja baru tetapi setidaknya pemecatan pegawai berkurang.

"Investor belum bebas dari ketakutan dan kekawatiran terhadap ketidakpastian ekonomi politik di AS serta tren perlambatan ekonomi AS yang menuju resesi," kata dia.

Ia mengatakan, indikator-indikator ekonomi dalam enam bulan terakhir ini mengarah pada indikasi resesi bahkan pengeluaran konsumen yang menyumbang sekitar 70 persen dari PDB (produk domestik bruto) melemah dalam tiga bulan berturut-turut.

"Meski demikian, penurunan klaim pengangguran direspon secara positif," ujar dia.

Sementara, kurs tengah Bank Indonesia tercatat mata uang rupiah mengalami penguatan menjadi 8.545 dibanding posisi sebelumnya di posisi 8.530.

(ANTARA/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011