London (ANTARA) - Saham-saham "pertumbuhan" yang didominasi teknologi masih belum murah meskipun terjadi beberapa penurunan tajam selama enam bulan terakhir, analis di bank investasi AS JPMorgan memperingatkan pada Senin (21/2/2022).

Apa yang disebut FAANG yang telah melihat beberapa lonjakan era COVID mereka berkurang tahun ini, dengan Facebook terjun 38 persen, Apple jatuh 5,7 persen, Amazon tergelincir 8,5 persen serta Netflix dan Google masing-masing anjlok 35 persen dan 10 persen.

Analis JPMorgan memperkirakan bahwa rata-rata perusahaan teknologi yang bahkan belum menghasilkan keuntungan telah kehilangan 30 persen dari nilainya sejak puncaknya sekitar September tahun lalu, sementara perusahaan-perusahaan 'fintech' yang fokus pada kecerdasan teknologi pada aplikasi dan alat perbankan telah anjlok 40 persen.

"Karena saham pertumbuhan melemah akhir-akhir ini, mereka turun, tetapi masih tidak terlalu murah," kata analis JPMorgan dalam sebuah catatan kepada klien, menambahkan bahwa saham-saham bank dan terkait komoditas yang telah reli tahun ini berkat kenaikan harga minyak dan logam atau suku bunga masih "jauh dari mahal".


Baca juga: BofA: Investor tetap percaya saham meski ada aksi jual saham teknologi

Peluangnya adalah bahwa pendapatan dari sektor "pertumbuhan" mungkin tidak luar biasa lagi, meskipun pendorong besarnya tetap biaya pinjaman pasar obligasi, yang telah melonjak tahun ini karena bank-bank sentral terkemuka telah meletakkan dasar untuk kenaikan suku bunga.

Rekor suku bunga terendah selama bertahun-tahun telah memicu reli saham teknologi tetapi dengan suku bunga itu sekarang naik lagi, daya tarik saham teknologi bernilai stratosfer semakin redup bagi investor, terutama jika lintasan pertumbuhan mereka tersendat.

"Kami percaya bahwa imbal hasil obligasi akan terus bergerak lebih tinggi sepanjang tahun ini," kata JPMorgan mengacu pada biaya pasar obligasi.


Baca juga: Wall Street berakhir naik tajam, terangkat oleh "Big Tech"

"Ahli strategi pendapatan tetap kami memperkirakan imbal hasil (obligasi pemerintah) 10-tahun AS mencapai 2,35 persen pada akhir tahun ini, dan imbal hasil 10-tahun Jerman mencapai 0,5 persen." Imbal hasil obligasi pemerintah AS sekarang berada di 1,92 persen dan obligasi Jerman berada di 0,2 persen.

Mereka juga mengatakan bahwa ketegangan yang terbangun antara Rusia dan kekuatan Barat atas Ukraina seharusnya tidak mendorong kembalinya saham-saham teknologi besar, yang mengukir reputasi safe-haven selama pandemi.


Baca juga: Bursa Jepang tergelincir, saham pertumbuhan terpukul prospek Fed
Baca juga: Bursa saham global berjuang dekati rekor tertinggi, Eropa dalam fokus

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2022