Sanaa (ANTARA News) - Setidaknya 13 gerilyawan oposisi tewas dalam gelombang baru pertempuran dengan pasukan pemerintah di Kabupaten Arhab, Yaman, di timur laut Provinsi Sanaa Senin malam, kata para perwira keamanan setempat.

Para pejabat oposisi setempat mengatakan, tank-tank Garda Republik menyerbu desa-desa di daerah Shaab di Arhab, di mana pemerintah menduga bahwa militan menembaki pangkalan militer Garda Republik.

Seorang pejabat keamanan mengatakan, pertempuran berlangsung di beberapa desa di Arhab, benteng utama para pejuang oposisi yang kembali meminta demonstran mengusir Presiden Ali Abdullah Saleh.

"Sekitar 13 pejuang oposisi tewas dan beberapa lainnya terluka dalam pertempuran yang sedang berlangsung," kata pejabat itu dengan syarat tidak disebut jatidirinya.

Distrik rawan, sekitar 60 kilometer sebelah timur Sanaa itu telah menjadi garis depan bentrokan hampir setiap hari antara para pejuang oposisi didukung oleh tentara dan Garda Republik Saleh yang membelot sejak akhir Mei, yang memperumit krisis politik yang sedang berlangsung di Yaman.

Kementerian Pertahanan mengatakan, militan oposisi berusaha untuk menguasai pangkalan militer Samaa, Sanaa International Airport dan pintu masuk utara Sanaa.

Bentrokan Arhab telah menyebabkan puluhan petugas dari kedua pihak tewas, termasuk warga sipil, dan memaksa ratusan penduduk desa melarikan diri daerah itu setelah rumah-rumah dan kebun mereka hancur dihancurkan.

Pada saat yang sama terjadi ledakan di dekat kompleks pemerintah yang dikuasai gerilyawan Syiah Zaidi di Yaman utara menewaskan dua orang, kata gerilyawan, Senin.

"Sebuah bom mobil meledak" di dekat pusat medis di kota Al-Matamma di provinsi Al-Jawf, sebelah timurlaut Sanaa, ibu kota Yaman, menewaskan dua orang dan mencederai seorang, kata gerilyawan dalam sebuah pernyataan mengenai serangan Minggu malam itu.

Gerilyawan menuduh agen-agen intelijen AS merencanakan "serangan kriminal terhadap pemberontak Yaman" dan ledakan itu dimaksudkan untuk "menyulut perpecahan sektarian antara orang-orang Yaman".

Mereka mengatakan, serangan itu bertujuan "membantu mempertahankan rejim yang tidak adil" Presiden Ali Abdullah Saleh yang selama enam bulan ini menghadapi protes menentang pemerintahnya.

Ledakan itu terjadi ketika para pemimpin gerilyawan Syiah mengadakan pertemuan di kompleks perkantoran pemerintah di dekat pusat medis di Al-Matamma, kata beberapa saksi.

Kompleks itu terbakar dan suara ledakan terdengar di sejumlah pedesaan sekitarnya, kata saksi dan sumber suku.

Ledakan itu terjadi dua hari setelah penandatanganan gencatan senjata oleh gerilyawan Syiah dan partai Islamis Al-Islah, dalam upaya menghentikan pertempuran yang terjadi sejak Maret di daerah dekat perbatasan dengan Arab Saudi itu.

Saleh, yang telah berkuasa selama 33 tahun, menghadapi protes sejak Januari untuk menuntut pengunduran dirinya, yang disambut dengan tindakan keras aparat keamanan.

Demonstrasi di Yaman sejak akhir Januari yang menuntut pengunduran diri Saleh telah menewaskan lebih dari 300 orang, Xinhua melaporkan.

(H-AK/A023)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011