Jakarta (ANTARA News) - Mantan jurnalis Sujarwo meluncurkan buku bijak berjudul "The God's Initial Montirisme" (GIM) di Jakarta, Rabu, bertepatan dengan Hari Ulang tahun (HUT) ke-66 Kemerdekaan RI.

Menurut Sujarwo, mengubah paradigma (mindset) yang diyakini secara turun temurun dalam suatu masyarakat adalah pekerjaan yan tidak mudah. Banyak tokoh-tokoh besar yang dalam sejarah hidupnya mengalami periode yang menyakitkan, ketika menawarkan gagasan besar dalam suatu masyarakat yang telah memiliki tatanan tersendiri.

"Oleh karena itu, perlu kegigihan dan keuletan jika mereka mensosialisasikan gagasannya," katanya. Hal itulah yang dirasakan oleh Sujarwo ketika menawarkan gagasan rekayasa sosial yang diurai dalam bukunya tersebut.

Dalam bukunya, alumni IKIP Banyuwangi, Jatim itu menguraikan metodologi montirisme mengenai kemampuan individu untuk menjadi montir (problem solver) bagi masyarakat di sekitarnya.

"Kemampuan individu tersebut dapat dibentuk mulai dari elemen yang paling sederhana yakni manajemen waktu, serta membuat standar operasional prosedur (SOP)," ujarnya.

Sujarwo menegaskan, kegigihannya meluncukan bukunya agar bangsa Indonesia di masa yang akan datang memiliki generasi yang tangguh dan dapat diandalkan bagi bangsa dan negaranya.

Untuk mewujudkan perjuangannya itu, lelaki kelahiran Banyuwangi, 12 April 1963 ini telah memalui proses pengembaraan yang sangat panjang yang dimulai pada 1990-an dengan pengorbanan materi yang nyaris tak terhitung.

Berbagai profesi pun telah dijalaninya mulai dari sebagai guru SMP, SMA, tukang becak, wartawan di berbagai harian nasional hingga menjadi pengusaha madu. "Saya Tidak tanggung-tanggung untuk mensosialisasikan gagasan, maka pada 2009 saya sempat mencalonkan diri sebagai bakal capres dari jalur independen," katanya.

Sujarwo berharap, setelah ia mampu mencetak buku tentang Montirisme dengan kemampuan kantongnya sendiri, perjuangannya akan berada di titik akhir, karena ia telah mampu meletakkan pondasi bagi generasi muda.

Ia bertekad, obsesinya untuk menciptakan generasi muda yang memiliki standar "self digitec" tidak akan pernah padam, meski berbagai cibiran terus menderanya.

Buku berisi lima bab dan setebal 100 halaman itu ditulis oleh tiga orang, yakni Entar Mutyakso, Sujarwo dan Gugus Elmo Ra'is dan Penerbitnya Independen.(*)

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011