Lebak (ANTARA News) - Harga bunga cengkih kering di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, pada minggu kedua menembus Rp170.000 per kilogram atau naik dari harga sebelumnya Rp150.000 per kilogram.

"Harga cengkih terus bergerak naik karena belum musim panen, sementara permintaan pasar meningkat," kata Kepala Seksi pengelolaan Pemasaran Hasil Komoditas Perkebunan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lebak, Rully Yamella, di Rangkasbitung, Jumat.

Ia mengatakan, selama ini harga cengkih kering sudah tergolong tinggi karena awal tahun 2011 harganya berada di kisaran Rp56.000 per kilogram.

Kenaikan harga cengkih tersebut tentu membuat petani lebih bersemangat lagi untuk mengembangkan perkebunan komoditas itu, sebab Kabupaten Lebak merupakan sentra cengkih di Provinsi Banten.

"Kami berharap naiknya harga cengkih bisa mendorong peningkatan ekonomi petani," katanya.

Ia juga mengatakan, saat ini petani menjual komoditas cengkih relatif kecil karena sisa hasil panen tahun 2010.

Mereka menjual paling banyak antara tiga sampai enam kilogram karena saat ini belum tiba musim panen.

Sebagian besar sentra komoditas cengkih di Kabupaten Lebak yakni Kecamatan Bayah, Cibeber, Malingping, Cilograng, Cijaku, Cigemblong, Cipanas, Sobang, Muncang, Panggarangan, Gunungkencana, Lebak Gedong, dan Bojongmanik.

Dengan naiknya harga cengkih di pasaran, kata dia, petani secara beramai-ramai kini mengembangkan kembali perkebunan primadona itu.

Jumanta (50) seorang petani warga Kecamatan Cipanas Kabupaten Lebak mengaku dirinya kini telah mengembangkan budidaya tanaman cengkih karena nilai jual di pasaran terus membaik.

"Kami saat ini menanam cengkih sekitar satu hektare karena harganya terus naik," katanya.

Sementara itu, H Dana (50), pedagang pengumpul di Pasar Bayah Kabupaten Lebak mengaku saat ini pasokan cengkih kering makin berkurang karena belum musim panen, sedangkan permintaan pabrik rokok di Jawa Tengah meningkat.

"Kami setiap hari untuk mendapatkan cengkih terpaksa mendatangi petani dengan harga Rp170.000 per kilogram," ujarnya. (MSR/H009/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011