Mataram (ANTARA) - Ketua Sanggar Budaya Pelangi Nusa Tenggara Barat Harun menyatakan upaya pelestarian seni tari dan musik tradisional di daerah itu sangat membutuhkan sentuhan pemerintah, karena minat generasi muda dalam mencintai seni masih minim.

"Yang menjadi kendala untuk mempertahankan eksistensi seni musik dan tari itu adalah anggaran, sehingga butuh perhatian pemerintah," kata Harun, saat acara diskusi di halaman belakang Antara Biro NTB di Mataram, Jumat.

Ia mengatakan upaya yang dilakukan untuk terus mempertahankan sangar budaya musik yang telah dirintisnya sejak Tahun 1990 dengan melakukan komunikasi dengan pemerintah daerah, namun sejauh ini dorongan dan motivasi yang diberikan kepada semua pelaku seni dan budaya itu masih kurang maksimal.

"Perhatian ada, hanya saja kurang maksimal. Karena selama ini dana yang kami pakai adalah swadaya atau hasil dari manggung," katanya.

Pandemi ini, kata dia, cukup berdampak terhadap keberadaan seni dan budaya tradisional Sasak, karena tidak ada kegiatan atau job berkurang, meskipun hal itu bukan menjadi mata pencarian yang reguler.

"Kegiatan ini bisa menjadi penunjang, ketika banyak job, tentu ada hasil yang didapati," katanya.

Selama pandemi ini juga, menurut Harun, kegiatan latihan musik tradisional gendang belek tersebut dikurangi, yang biasanya tiga kali dalam seminggu, menjadi satu kali. Hal itu, karena tidak ada tempat untuk manggung.

"Kami biasa manggung di acara pernikahan maupun acara yang digelar pemerintah," katanya.

Ketua Sanggar Seni Dende Anjani, Ari Susilawati, yang juga merupakan penari mengatakan hal yang sama. Untuk mempertahankan seni tari gandrung tersebut dibutuhkan perhatian pemerintah, terlebih dengan adanya COVID-19 jarang ada kegiatan atau jarang manggung.

Ia mengatakan, orang luar negeri datang ke Indonesia untuk belajar musik tradisional, namun kondisi generasi saat ini justru kurang mencintai seni tari maupun musik tradisional, khususnya di Lombok.

"Di luar negeri, seni tari dan musik itu menjadi mata pelajaran di semua sekolah, namun kita masih menjadi kegiatan ekstrakurikuler dan sifatnya masih umum," katanya.

Pewarta: Akhyar Rosidi
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022