Malang (ANTARA) - Arkeolog dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur Wicaksono  Dwi Nugroho memperkirakan Situs Srigading di Desa Srigading, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, dulu merupakan kompleks candi yang cukup besar.

"Tidak hanya candi utama, kami menemukan adanya indikasi struktur lain yang ada di bagian barat," kata Wicaksono di Kabupaten Malang, Sabtu.

Wicaksono menjelaskan, struktur batu bata yang ditemukan di bagian barat Situs Srigading diperkirakan merupakan penanda bahwa bangunan utama candi tidak berdiri sendiri, tetapi ada bersama bangunan-bangunan lain.

Berdasarkan karakteristik struktur bangunan, ia mengatakan, struktur yang ditemukan di sisi barat situs merupakan bagian dari bangunan suci, bukan bagian dari permukiman masa lalu.

"Temuan itu menandakan bahwa ini adalah sebuah kompleks besar. Mungkin yang tersisa saat ini hanya bangunan utama saja. Tapi indikasinya dimungkinkan ada halaman yang kemudian dibatasi pagar," katanya.

Ia mengatakan bahwa saat ekskavasi Situs Srigading dilanjutkan, tim arkeolog BPCB Jawa Timur akan melakukan pemeriksaan secara acak di luar area yang saat ini sedang digali untuk menemukan lokasi pagar kompleks candi.

"Kalau untuk mengetahui soal kompleks candi, kita akan tes secara acak untuk mencari pagar dari kompleks candi," katanya.

Situs Srigading, yang disebut Cegumuk oleh warga sekitar, ditemukan sekitar tahun 1985. Yoni dan sejumlah arca ditemukan di gundukan tersebut.

BPCB Jawa Timur mulai melakukan ekskavasi di gundukan tanah yang ada di tengah perkebunan tebu itu pada awal Februari 2020.

Pada ekskavasi tahap kedua, BPCB Jawa Timur memastikan ada bangunan candi yang menghadap ke arah timur, ke arah Gunung Semeru, yang digunakan sebagai tempat peribadatan penganut Hindu Siwaistis di situs tersebut.

Baca juga:
Arca Agastya ditemukan dalam ekskavasi di situs Srigading Malang
BPCB perkirakan situs Srigading berasal dari abad ke-10 Masehi


Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2022