Jakarta (ANTARA News) - Pengamat perminyakan, Pri Agung Rakhmanto menilai, kejatuhan pemerintahan Muamar Gaddafi akan menurunkan harga minyak dunia.

"Dalam jangka pendek, kondisi di Libya itu memang masih akan membuat harga minyak fluktuatif, meski cenderung turun. Namun, dalam jangka panjang, harga minyak berpotensi turun," katanya di Jakarta, Senin.

Menurut Direktur ReforMiner Institute itu, bergejolaknya harga minyak dalam jangka pendek ditentukan seberapa cepat pasukan sekutu mengendalikan Libya.

Namun, lanjutnya, dalam jangka panjang, dengan masuknya sekutu dan mengendalikan Libya, maka maka situasi akan relatif lebih tenang.

Dampak lanjutannya, suplai minyak akan bertambah dan harga turun.

Apalagi, saat ini, harga minyak juga masih tertekan dari krisis yang melanda AS dan juga kawasan Eropa.

Bagi Indonesia, menurut dia, selama harga minyak tidak jatuh di bawah 60 dolar AS per barel, tidak terlalu berpengaruh.

"Tapi, tetap perlu diwaspadai dan juga pengaruh krisis utang AS dan Eropa yang memberi sentimen harga turun," ujarnya.

Sementara, dari sisi pasokan minyak, Pri Agung juga mengatakan, Indonesia akan kembali mendapat pasokan dari Libya.

Kalaupun belum mendapat pasokan minyak dari Libya, tambahnya, Indonesia mempunyai banyak alternatif impor.

Pemerintahan Muamar Gaddafi di ambang kejatuhan menyusul pasukan pemberontak yang menerobos ke Ibukota Tripoli.

Beberapa putra Muamar Gaddafi, yang telah memerintah selama 39 tahun itu, telah ditahan pihak pemberontak termasuk putra keduanya Seif Al-Islam.

Sementara, Gaddafi tidak diketahui keberadaannya, namun banyak dugaan masih berada di Tripoli. (K007/B012/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011