biasanya dilakukan untuk mengisi waktu luang di sela kebiasaan warga minum secangkir kopi di warung-
Tulungagung, Jatim (ANTARA) - Relawan Muhaimin "Gus Ami" for President menggelar lomba "cethe" atau mengoles endapan kopi ke batang rokok di Green Coffe, Tulungagung, Jawa Timur pada Sabtu malam.

Lomba lukis cethe yang digelar sebuah warung kopi pinggir jalan raya dekat kampus UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung itu disebut sebagai wujud apresiasi Muhaimin Iskandar atau Gus Ami, terhadap seni tradisi cethe yang ada di kota Marmer, Tulungagung.

"Ini bukti dukungan Gus Ami dalam pengembangan seni-budaya daerah," kata Ketua DPC PKB Tulungagung Adib Makarim yang turut hadir dan memantau jalannya lomba lukis cethe di Tulungagung.

Hal senada juga disampaikan Fattah Masrur, tokoh muda NU sekaligus Ketua Relawan Muhaimin for Presiden yang mengatakan, seni lukis cethe memang telah menjadi tradisi sekaligus salah satu gaya hidup sebagian warga Tulungagung dan sekitarnya.

"Bukan karena mereka semua memiliki bakat melukis. Akan tetapi memang seni tradisi merakyat, mengakar kuat seiring berkembangnya budaya ngopi di warung-warung kopi sambil menikmati rokok di sela waktu istirahat," katanya.

Melukis cethe di atas batang rokok biasanya dilakukan untuk mengisi waktu luang di sela kebiasaan warga minum secangkir kopi di warung.

Lomba yang diikuti 60 peserta yang seluruhnya laki-laki dewasa hanya diberi waktu 60 menit untuk membuat karya lukis terbaik dengan tema bebas.

Ada yang melukis dengan konsep batik, gambar wajah orang, bunga, tato, hingga kaligrafi.

Menariknya, di setiap karya lukis cethe, mayoritas di pangkal batang rokok, semua tertera tulisan "Gus Ami" dengan berbagai model dan ukuran font/huruf.
Peserta tekun menggoreskan ujung tusuk gigi kayu atau batang korek api yang telah dilancipkan, untuk membuat pola gambar dengan bahan tinta ampas kopi di lokasi lomba lukis cethe, Green Coffe, Tulungagung, Sabtu (26/2/2022). Destyan Handri Sujarwoko

Semua lukisan tampak apik dan menarik. Namun setelah dinilai oleh tiga juri yang semuanya seniman lukis cethe, hanya enam yang akhirnya terpilih dan lolos sebagai pemenang.

Lomba memperebutkan hadiah total senilai Rp6 juta itu dimenangkan oleh Joan, Sulistyono dan Candra Edi masing-masing meraih juara 1, 2 dan 3. Sedangkan tiga pemenang juara harapan adalah Andi, Dani dan Boy.

Panitia lomba lukis cethe, Dimas serta salah satu juri lomba, Adit, menyatakan bahwa tiga unsur lukisan yang dinilai adalah pada teknik dalam membuat pola, kerapian hasil akhir serta keserasian gambar di atas media.

Seni melukis cethe sudah ada di Tulungagung selama bertahun-tahun, bahkan diperkirakan sejak era pertengahan masa Orde Baru pada 1980-an.

Banyaknya warga yang berminat, baik perokok maupun bukan/tidak perokok, lantas menginspirasi pemerintah daerah maupun kalangan swasta di Tulungagung untuk memfasilitasi budaya lokal itu dalam berbagai ajang perlombaan.

Fakta sejarah dan dinamika budaya cethe di tengah bertumbuhnya kafe-kafe milenial di pusat kota hingga daerah pinggiran Tulungagung itulah yang kemudian menginspirasi komunitas relawan Muhaimin, atas persetujuan dan dukungannya, untuk menggelar lomba cethe di Tulungagung.
Juri menulis karya lukis cethe di lokasi lomba lukis cethe, Green Coffe, Tulungagung, Sabtu (26/2/2022). Destyan Handri Sujarwoko


Baca juga: Langgar prokes, anggota DPRD Tulungagung didenda Rp12,5 juta
Baca juga: Pembangunan Jalan Tol Tulungagung-Blitar-Kepanjen paling cepat 2023
Baca juga: Anggota DPRD Tulungagung dituntut denda karena langgar prokes

 

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2022