Perubahan iklim adalah ancaman bagi kesejahteraan manusia
Jakarta (ANTARA) - Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change/IPCC) memberikan peringatan tentang konsekuensi yang harus makhluk Bumi akan hadapi atas kelambanan tindakan untuk mengatasi perubahan iklim.

“Laporan ini merupakan peringatan yang mengerikan tentang konsekuensi dari kelambanan tindakan,” kata Ketua IPCC Hoesung Lee dalam keterangan pers resmi terbaru mereka terkait peluncuran Laporan Penilaian Keenam (AR6) dari Kelompok Kerja II IPCC yang diakses dari Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan laporan yang mengangkat soal dampak, adaptasi dan kerentanan tersebut menunjukkan bahwa perubahan iklim adalah ancaman serius dan meningkat bagi kesejahteraan manusia dan planet yang sehat.

Karenanya laporan terbaru yang mereka berikan kali ini berupaya untuk menunjukkan bagaimana orang harus beradaptasi dan alam merespons peningkatan risiko iklim.

Dunia menghadapi berbagai bahaya iklim yang tidak terhindarkan selama dua dekade mendatang dengan pemanasan global 1,5 derajat Celsius.

Peningkatan suhu melebihi itu akan mengakibatkan dampak tambahan yang parah, dan untuk beberapa di antaranya tidak dapat diubah. Sehingga risiko bagi masyarakat meningkat termasuk terhadap infrastruktur, permukiman pesisir dan wilayah dataran rendah.

Baca juga: Ilmuwan IPCC mulai bertemu bahas laporan dampak perubahan iklim

Baca juga: "The Perfect Storm" dan "The Day After Tomorrow" dalam laporan iklim


Gelombang panas yang meningkat, kekeringan dan banjir sudah melebihi ambang batas toleransi tanaman dan hewan, mendorong kematian massal pada spesies seperti pohon dan karang.

Cuaca ekstrem tersebut terjadi secara bersamaan sehingga menimbulkan dampak berjenjang yang semakin sulit dikendalikan. Mereka telah mengekspos jutaan orang pada kerawanan pangan dan air yang akut, terutama di Afrika, Asia, Amerika Tengah dan Selatan, di pulau-pulau kecil dan di Kutub Utara.

“Laporan ini mengakui saling ketergantungan antara iklim, keanekaragaman hayati dan manusia dan mengintegrasikan ilmu alam, sosial dan ekonomi lebih kuat daripada penilaian IPCC sebelumnya. Ini menekankan urgensi tindakan segera dan lebih ambisius untuk mengatasi risiko iklim. Setengah langkah bukan lagi pilihan," kata Hoesung Lee.

Ketua Bersama Kelompok Kerja II IPCC Hans-Otto Pörtner mengatakan perubahan iklim adalah tantangan global yang membutuhkan solusi lokal dan itulah sebabnya kontribusi Kelompok Kerja II pada Laporan Penilaian Keenam IPCC tersebut memberikan informasi regional yang luas untuk memungkinkan Pembangunan Tahan Iklim.

Laporan tersebut dengan jelas menyatakan Pembangunan Ketahanan Iklim sudah menantang untuk dilakukan pada tingkat pemanasan global saat ini. Kesempatan untuk melakukan pembangunan yang berketahanan iklim akan menjadi lebih terbatas jika pemanasan global melebihi 1,5 derajat Celsius.

Di beberapa wilayah pembangunan tersebut tidak mungkin dilakukan jika pemanasan global melebihi dua derajat Celsius.

Temuan kunci itu menggarisbawahi urgensi untuk aksi iklim, dengan fokus pada kesetaraan dan keadilan, pendanaan yang memadai, transfer teknologi, komitmen politik dan kemitraan mengarah pada adaptasi perubahan iklim dan pengurangan emisi yang lebih efektif.

“Bukti ilmiahnya tegas, perubahan iklim adalah ancaman bagi kesejahteraan manusia dan kesehatan planet ini. Penundaan lebih lanjut dalam aksi global bersama akan kehilangan jendela penutupan yang singkat dan cepat untuk mengamankan masa depan yang layak huni,” kata Hans-Otto Pörtner.

Baca juga: Rachmat Witoelar: Kebijakan iklim jangan berdasar politik tetapi sains

Baca juga: Perubahan iklim meluas, semakin cepat dan intens

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022