Moskwa (ANTARA News/Reuters) - Persrikatan Bangsa-Bangsa harus memainkan peran utama dalam membangun kembali Libya sesudah kekerasan berlanjut sejak pemberontak mengusir Muamar Gaddafi dari kubunya di Tripoli, kata Kementerian Luar Negeri Rusia pada Kamis.

"Kita bergerak ke pembangunan Libya pasca-perang, yang harus dilakukan secara khusus di bawah naungan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Alexander Lukashevich pada jumpa pers.

China juga minta badan dunia itu memimpin upaya pasca-perang di Libya, kata kementerian luar negeri, pada saat Beijing menyeru peralihan mulus politik di negara Afrika Utara dilanda kekerasan itu.

Menteri luar negeri China Yang Jiechi juga minta Sesjen PBB Ban Ki-moon bekerja dengan lembaga lain di kawasan itu, seperti, Afrika Bersatu dan Liga Arab, untuk memulihkan ketertiban, kata pernyataan pemerintah.

"PBB harus memainkan peran utama dalam pengaturan pasca-perang di Libya," kata Yang kepada Ban pada Selasa, menurut pernyataan kementerian luar negeri tersebut.

Pada Rabu, China menyeru peralihan kekuasaan di Libya setelah pasukan pemberontak menyerbu gugus Muamar Gaddafi, tanda kian dekat akhir enam bulan kemelut itu, meskipun orang kuat Libya tersebut belum ditemukan.

"Kami berharap penguasa masa depan baru mempersatukan unsur berbeda, dengan cepat mengembalikan tatanan sosial dan berusaha memulai pemulihan politik dan ekonomi," katanya.

Pertempuran meletus di Libya pada Februari, mendorong China mengungsikan hampir 36.000 warga negaranya dari negara Afrika utara itu melalui gerakan besar darat, laut dan udara.

Media negara China pada Selasa menyatakan, Barat bertanggung jawab dalam membereskan kekacauan di Libya sesudah pemberontak menguasai ibu kota Tripoli, dan menyatakan masa Gaddafi berakhir.

"Global Times" menyatakan masa depan negara Afrika utara itu terletak di tangan negara Barat, yang mendukung gempuran Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) terhadap orang kuat kawakan Muamar Gaddafi.

"Menggulingkan Gaddafi adalah hiburan bagi media, tapi pembicaraan untuk membangun kembali adalah tidak," kata tajuk harian kolot berbahasa Inggris itu.

"Barat harus bertanggung jawab untuk membersihkan kekacauannya di Libya," katanya.

Suratkabar itu tidak menyebut nama negara.

Negara Barat termasuk Inggris, Prancis dan Amerika Serikat memberi dukungan diplomatik dan keuangan kepada lawan Libya Dewan Peralihan Negara (NTC) itu.

"Terlalu banyak tempat di dunia perlu dibangun kembali sekarang," katanya.

"Barat sedang kesulitan ekonomi sekarang dan diragukan apakah mereka dapat menanggung beban Libya," katanya.

"China Daily", koran berbahasa Inggris kembaran corong "People`s Daily" Partai Komunis, menggemakan seruan pemerintah Cina bagi ketenangan dan menyeru rujuk bangsa untuk menghindari kekacauan di Libya.

"Pihak terkait di Libya harus mengakhiri perang dan mengembalikan kedamaian sesegera mungkin," kata tajuk suratkabar itu.

"Itu untuk kepentingan mendasar seluruh rakyat Libya dan bagus bagi ketenangan politik Afrika utara dan Timur Tengah," katanya.

Semula, China menerapkan kebijakan tak campur tangan dan tak memihak dalam kemelut di Libya, berulang kali menyeru pengakhiran secara damai pemberontakan tersebut.

Tapi, dalam beberapa bulan belakangan menjadi lebih terlibat dalam kemelut itu dan pejabat Cina beberapa kali bertemu dengan anggota Dewan Peralihan Negara (NTC) Libya pemberontak.

(B002/H-AK) 

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011