Semarang (ANTARA News) - Rebutan kue mangkok, makanan khas masyarakat Tionghoa yang menjadi bagian perayaan Ulambana yang digelar Yayasan Tjie Lam Tjay Semarang, Sabtu, ditiadakan untuk mengantisipasi terjadinya kericuhan.

Sebagai gantinya, panitia perayaan Ulambana membagikan kue mangkok yang sebelumnya disusun membentuk gunungan berukuran besar pada warga, bersama dengan paket sembilan bahan pokok (sembako) secara bergiliran.

Ribuan kue mangkok tersebut sebelumnya tersusun membentuk gunungan-gunungan yang dipajang bersama gunungan mie instan sebagai salah satu tradisi perayaan untuk menghormati dan mendoakan arwah leluhur itu.

Warga yang sebelumnya sudah menanti di halaman Kelenteng Kong Tik Soe, tempat perayaan Ulambana digelar terlihat tertib menunggu giliran untuk mendapatkan paket sembako dan kue mangkok yang sudah disiapkan panitia.

Menurut Koordinator Humas Yayasan Tjie Lam Tjay, Eko Wardoyo, perayaan Ulambana bermakna untuk membalas budi baik leluhur dengan mendoakan arwah mereka, agar mendapatkan kelahiran kembali di alam yang lebih baik.

Ia menyebutkan, perayaan Ulambana memiliki rangkaian ritual, mulai "Fang Swe Teng", pelepasan pelita lilin di sungai untuk menerangi jalan para arwah yang meninggalnya di air, sampai puncak acara sembahyang.

"`Ulambana` atau dikenal juga dengan sebutan `King Hoo Ping` dilangsungkan sekali dalam satu tahun pada bulan ketujuh penanggalan Imlek. Tujuannya ya untuk menghormati dan mendoakan arwah leluhur," katanya.

Ia menjelaskan, leluhur yang didoakan dalam upacara Ulambana terbagi dua, yakni leluhur yang masih memiliki ahli waris dan leluhur yang sudah tidak memiliki ahli waris lagi, upacara mendoakannya juga dibagi dua.

Kalau untuk leluhur yang sudah tidak memiliki ahli waris, kata dia, didoakan dalam upacara yang berlangsung Sabtu (27/8) siang, namun leluhur yang masih memiliki ahli waris diupacarai pada malam hari (27/8) ini.

Ditanya tradisi rebutan kue mangkok, ia menjelaskan upacara Ulambana dinamai juga dengan sembahyang rebutan, sehingga salah satu bagiannya ada tradisi rebutan kue moho, beserta bahan pangan lain, seperti sembako.

"Dulunya memang dibagikan dengan cara warga saling berebut ketika masih berbentuk gunungan, namun sudah beberapa tahun ini sudah tidak lagi. Khawatir kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," katanya.

Ia menyebutkan, setidaknya ada sekitar 5.500 kue mangkok, 160 kardus mi instan, dan beras sebanyak 4,09 ton yang dibagikan pada masyarakat, dengan mengatur pembagian melalui sistem penukaran kupon.

"Upacara Ulambana ini dipimpin sembilan suhu dari Sangha Kong Hoa Sie. Untuk arwah yang memiliki ahli waris, namanya didaftarkan oleh ahli warisnya pada kami untuk didoakan. Total ada 2.481 nama," kata Eko.
(U.KR-ZLS/Z003)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011