Banjarmasin (ANTARA News) - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Kalimantan Selatan, H Ahmad Makkie, mengajak kaum Muslim agar tidak membesar-besarkan masalah jika terjadi perbedaan Idul Fitri/awal Syawal 1432 Hijriah.

"Memang melihat fenomena yang ada, mungkin terjadi perbedaan Idul Fitri. Tapi dari perbedaan tersebut mari kita mengambil hikmah," ujarnya di sela-sela sahur bersama keluarga H.A. Sulaiman HB dengan PWI Kalsel, Minggu dinihari.

"Perbedaan itu jangan sampai membuat pecah Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama Muslim). Karena di balik perbedaan itu pasti ada hikmah yang perlu kita simak bersama," lanjut A Makkie ketika menjawab pertanyaan ANTARA Banjarmasin.

Keluaran Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Antasari Banjarmasin itu, yang juga adalah mantan anggota DPD-RI asal Kalsel, mengutipkan hadits Nabi Muhammad Saw yang berkaitan dengan perbedaan tersebut.

"Sebab itu, tidak pada tempatnya membesar-besarkan perbedaan Idul Fitri, apalagi sampai menimbulkan perselisihan atau kehancuran persatuan dan kesatuan umum Islam, karena Islam sudah mengatur masalah perbedaan tersebut," demikian A Makkie.

HA Sulaiman HB adalah seorang politikus yang juga tokoh pengusaha dan dunia olah raga di Kalsel, serta anggota Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) sejak Tahun 1999.

Pada kesempatan terpisah Ketua Komisi IV Bidang Kesra DPRD Kalsel, H Ansor Ramadlan dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP), menganggap perbedaan Idul Fitri merupakan hal yang wajar dan sering terjadi.

"Tapi walau terjadi perbedaan Idul Fitri, persatuan dan kesatuan umat Muslim tetap utuh, karena tak hal-hal yang prinsipil," kata wakil rakyat dari PPP yang menyandang gelar magister filsafat Islam itu.

Sebabnya ialah baik mereka yang melaksanakan perayaan Idul Fitri lebih awal maupun belakangan tetap menjaga toleransi, sehingga tak menimbulkan permasalahan umat, lanjutnya.

"Kerukunan sesama umat beragama tersebut hendaknya kita jaga terus, dan jika mungkin ditingkatkan lagi, begitu pula kerukunan antara umat beragama," demikian Ansor Ramadlan.

(T.KR-SHN/C003)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011