Pekanbaru (ANTARA News) - Organisasi Konferensi Islam (OKI) perlu segera mengambil langkah dan melakukan pertemuan darurat untuk membahas pelecehan terhadap Islam atas pemuatan karikartur Nabi Muhammad SAW di media massa Denmark yang kemudian diikuti sejumlah media massa Eropa dan Selandia Baru. "Saya amat sangat mengutuk itu, dan amat sangat menyesalkannya kembali setelah terjadi protes di mana-mana, kemarin di New Zealand beberapa media di sana masih juga menerbitkan ulang karikartur-karikartur itu," ujar Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid, di Pekanbaru, Senin. Menurut dia, jelas sekali perilaku mengarikaturkan Nabi Muhammad SAW menggunakan cara apapun, apalagi dengan cara-cara amat sangat meneror, amat sangat memfitnah dan melecehkan itu, telah mendegradasikan makna kebebasan pers. Padahal, lanjut dia, jelas sekali bahwa kebebasan pers tidak boleh melanggar Hak Asasi Manusia (HAM), dan kebebasan pers itu untuk mengembangkan pluralisme dalam rangka mengembangkan hadirnya penghormatan terhadap agama-agama. PBB saja, lanjut dia, ada resolusi untuk tidak melecehkan agama. "Karenanya, saya minta kepada pemerintah Indonesia untuk memrakarsai dan meminta kepada OKI untuk segera mengadakan pertemuan darurat untuk menyatukan langkah mengembalikan harkat dan martabat umat Islam untuk tidak mudah dilecehkan media-media asing dengan cara-cara amat sangat tidak produktif semacam ini," ujarnya. Bahkan, katanya lagi, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) diminta untuk memberikan penegasan yang keras bahwa karikartur-karikartur yang melecehkan Nabi Muhammad SAW itu jelas telah melanggar resolusi PBB. Selain itu, menurut dia, kasus itu jelas telah melanggar HAM, karena deklarasi HAM jelas sekali tidak membolehkan pelecehan beragama, sehingga PBB perlu menyambil sikap yang keras mengritik atau mengoreksi negara-negara yang "tidak mau" mengoreksi lantaran berdalih kebebasan pers. "Kebebasan pers saya yakin tidaklah untuk mencederai atau melecehkan agama, justru kebebasan pers untuk menghadirkan kehidupan beragama yang bermartabat," demikian Hidayat Nur Wahid. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006