yang negatif kami ungsikan di luar, kami buatkan tenda
Solo (ANTARA) - ​​​​​Sebanyak 104 penghuni Griya PMI Peduli Surakarta terpapar COVID-19 usai tes usap yang dilakukan kepada seluruh staf dan pasien di lokasi tersebut.

CEO PMI Surakarta Sumartono Hadinoto di Solo, Jumat mengatakan dari 180 orang yang menjalani tes usap dan empat yang lainnya menjalani tes antigen diperoleh hasil 104 orang positif COVID-19.

Ia mengatakan dari total tersebut, 66 di antaranya merupakan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang menjadi pasien di Griya PMI Peduli Surakarta. Selanjutnya, sembilan di antaranya staf dan 29 petugas pratik kerja lapangan (PKL).

Baca juga: Surakarta tutup sejumlah sekolah menyusul munculnya klaster COVID-19
Baca juga: Pemkot Surakarta tunjuk hotel untuk isolasi terpusat tenaga kesehatan

Ia mengatakan awalnya ada beberapa penghuni yang batuk dan pilek, selanjutnya pengurus PMI berinisiatif untuk melakukan tes usap serentak.

"Kami juga tidak menyangka karena selama ini concern ke ODGJ, urusan darah, malah aman-aman saja sampai hari ini. Begitu ada yang pilek langsung kami cek. Sebetulnya ODGJ tahun lalu, Delta pun kami aman karena biasanya mereka happy, antibodi tinggi. Itupun mereka tidak ada yang terpapar," katanya.

Sebagai tidak lanjut, dikatakannya, saat ini dilakukan pemisahan penghuni yang positif dan negatif agar paparan tidak terlalu luas.

"Semua tetap di dalam yang positif, yang negatif kami ungsikan di luar, kami buatkan tenda," katanya.

Baca juga: Gibran sebut angka kesembuhan COVID-19 di Solo terus meningkat
Baca juga: Penyebaran COVID-19 di Solo meluas pada kalangan tenaga kesehatan

Selanjutnya, Sumartono mengatakan, langkah antisipasi lain adalah untuk sementara ini Griya PMI Peduli tidak menerima kunjungan dari luar, baik dari keluarga pasien maupun donatur.

"Yang PKL juga kami berhentikan. Mereka diminta keluarganya isoman di rumah. Kami tidak menerima kunjungan dari keluarga maupun berdonasi," katanya.

Ia mengatakan untuk penutupan kunjungan akan dilakukan sesuai dengan aturan pemerintah, yakni selama dua minggu.

"Yang positif karantina sesuai aturan pemerintah, sambil diswab lagi, ada yang seminggu negatif, ada yang sepuluh hari negatif, ada yang sebulan tidak negatif. Setiap orang beda-beda, kami harap ODGJ ini cepat karena antibodi mereka tinggi," katanya.

Mengenai kebutuhan tenaga kesehatan, dikatakannya, akan disesuaikan dengan kebutuhan di dalam.

"Kalau dokter kami ada lebih dari sepuluh. Untuk kondisi penderita sampai saat ini batuk pilek saja," katanya.

Baca juga: Binda DIY melakukan vaksinasi COVID-19 ke ODGJ di Sentolo

Pewarta: Aris Wasita
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022