Yang penting itu modal dan bekal yang sudah disiapkan. Alhamdulillah, ada yang mengingatkan, tinggal sekarang mengumpulkan sangu kebaikan
Surabaya (ANTARA) - Ketua Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (YARSIS) Prof Muhammad Nuh mengaku bersyukur karena dikabarkan telah meninggal dunia melalui pesan berantai di media sosial.

"Alhamdulillah, kenapa saya bersyukur? Karena itu menjadi pengingat, toh semuanya akan meninggal dunia, tinggal urutannya saja," ujar Prof. Nuh di Surabaya, Jumat.

Sebelumnya, pesan berantai informasi palsu itu mulai beredar pada Jumat pagi.

Baca juga: Muhammad Nuh: peningkatkan kompetensi jurnalis agenda utama Dewan Pers

"Innalillahi wa innailaihi raji'un, turut berduka cita atas wafatnya bapak Ir Moh Nuh DEA., (Mantan Mendiknas) tadi pagi di RS Persahabatan jam 05.10 WIB, semoga diampuni segala dosanya, diterima amal ibadahnya, diberikan tempat terbaik di sisi-Nya, Aamiin Allahumma Aamiin," demikian isi pesan berantai yang beredar.

Menurut mantan Menteri Pendidikan Nasional tersebut, pesan yang mengabarkan ia meninggal dunia merupakan pengingat agar mencari modal dan bekal untuk kehidupan selanjutnya.

Baca juga: Inggris ajak Indonesia lindungi kebebasan pers di tengah pandemi

"Yang penting itu modal dan bekal yang sudah disiapkan. Alhamdulillah, ada yang mengingatkan, tinggal sekarang mengumpulkan sangu kebaikan," ucapnya.

Pria yang juga Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tersebut mengaku menerima pesan yang mengabarkan dirinya meninggal dunia pada pukul 07.00 WIB dari sahabatnya.

"Pelajaran yang paling penting adalah tidak semua yang diberitakan media sosial itu sahih, maka perlu tabayyun untuk mengonfirmasi berita," kata mantan Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya tersebut.

Baca juga: Mohammad Nuh terpilih menjadi Ketua Dewan Pers

Prof Nuh juga mengingatkan masyarakat untuk perlu memilah dan memilih berita di media sosial agar tidak mudah terpengaruh isu.

"Masyarakat perlu memilah dan memilih. Kalau itu dilakukan, Insya Allah tidak terpengaruh isu. Berita ini tidak mengganggu, malah sebagai pengingat," tutur mantan Menteri Komunikasi dan Informatika tersebut.

Pewarta: Fiqih Arfani/Willy Irawan
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2022