Kami siap melindungi dia, menawarkan dia tempat berlindung dan bantuan. Tak seorang pun dapat menggusur dia dari tempat ini. Beri tahu dia untuk datang,"
Jakarta (ANTARA News) - Lingkaran teman Muamar Gaddafi di kancah internasional boleh jadi terus terkikis dengan cepat, tapi penduduk di kota kecil Gao, Mali Utara, mengatakan mereka dengan senang hati akan menyambut pemimpin Libya itu.

"Biarkan Gaddafi datang ke sini. Kami akan menyediakan buat dia tempat tidur dan tempat tinggal," kata seorang pembuat obat di Gao, permukiman miskin di bagian timur negeri tersebut, Sahelian.

Seorang kepala sekolah kelihatan agak sedikit cemas ketika ditanya apakah ia akan membuka pintu rumahnya buat Gaddafi tapi mengatakan Mali telah lama menikmati sumbangan dari pemimpin yang tak disukai Barat itu dan tak bisa membiarkan dia kedinginan di tempat terbuka.

"Saya setuju untuk menyambut Gaddafi. Kami bukan orang yang tak tahu berterima kasih. Ia membuat dompetnya buat kami orang Afrika. Hari ini, ia menghadapi masa sulit, kami tak boleh mencampakkan dia," kata kepala sekolah tersebut sebagaimana dikutip wartawan AFP Serge Daniel.

Rejim yang kaya akan minyak itu menerima kedatangan ribuan gerilyawan Tuareg dari Mali dan negara tetangganya pada 1970-an, banyak di antara mereka kini kembali dan memiliki senjata serta mobil mahal.

Tapi baru-baru ini, Gaddafi juga menabur para pemimpin Afrika dengan miliaran dolar AS dan membuat para pemimpin tradisional di seluruh benua itu menyebut dia "Raja Segala Raja".

Meskipun kasus perlakuan buruk terhadap pendatang dari sub-Sahara Afrika di Libya memicu kontroversi di Mali dan tempat lain, banyak orang mengenang orang yang royal mengeluarkan uang dolar tersebut buat rakyat ketika ia mengunjungi wilayah itu untuk melancarkan upayanya bagi "Negara Afrika Serikat".

Mali adalah salah satu negara yang menikmati keuntungan paling besar dari kebaikan hati Gaddafi. Penanaman modal Libya mendanai kerumitan kantor pemerintah yang menyandang nama Gaddafi dan berada di ambang penyelesaian.

Libya juga memiliki saham besar di industri perbankan dan perhotelan.

"Saya tak pernah menerima satu sen pun dari Gaddafi tapi saya menyukai dia. Ada orang yang tahu bagaimana berbagi. Coba perhatikan apa yang telah ia lakukan buat negara seperti Mali," kata Nohoun Kone, seorang pegawai di bandar udara Gao.

"Berapa banyak pemimpin lain Arab yang menawarkan bantuan buat orang hitam Afrika?" ia mempertanyakan.

Dua lagi warga Mali yang sedang duduk di lahan mereka di bekas tempat perdagangan Sahelian sependapat dan mengatakan mereka akan gembira untuk menawarkan keramahtamahan buat Gaddafi.

"Kami siap melindungi dia, menawarkan dia tempat berlindung dan bantuan. Tak seorang pun dapat menggusur dia dari tempat ini. Beri tahu dia untuk datang," kata seorang di antara mereka, yang tak ingin disebutkan jatidirinya.

Buatkan rumah
Salah satu orang kaya di Gao, yang juga tak ingin disebutkan jatidirinya, sependapat.

"Mengapa tidak membuatkan rumah buat dia di Gao atau mengizinkan dia tinggal di kediamannya di Timbuktu," katanya. Ia merujuk kepada kota kecil Mali yang pernah dikenal sebagai pusat mempelajari Islam dan tempat Gaddafi memiliki tanah seluas beberapa hektare.

Pemimpin Libya itu pernah dinobatkan sebagai Imam Timbuktu dan menerbangkan pemimpin Afrika untuk berdoa bersama dia di stadion kota tersebut.

Ibrahim Ag Kina, mantan pemberontak Tuareg, mengatakan ia telah menerima lebih dari 250.000 dolar AS dari utusan Libya sebagai bagian dari operasi untuk melucuti pemberontak di Mali utara.

Ketika berbicara dengan AFP, ia mengatakan para diplomat Libya datang untuk bertemu dengan dia tahun lalu dan "meminta saya melakukan operasi perlucutan senjata bersama orang dari suku saya dan memberi tahu saya Gaddafi akan memberi uang".

"Saya menerima uang saya dan semua utusan tersebut mengambil bagian mereka. Gaddafi orang yang baik hati," katanya. Ia memperlihatkan gambar dia sedang berdiri di sebelah pemimpin Libya itu.

Menurut laporan yang belum dikonfirmasi, Gaddafi dan dua putranya --termasuk Saif al-Islam-- bersembunyi sekitar 100 kilometer dari ibu kota Libya, Tripoli.

Mali telah menghadapi beberapa unjuk rasa yang mendukung pemerintah Gaddafi dalam beberapa bulan belakangan. Demonstrasi tersebut diselenggarakan oleh beberapa penulis terkenal dan melibatkan sejumlah perhimpunan serta partai politik.

Namun konflik di Libya telah memecah pendapat rakyat Mali.

"Apa yang terjadi pada dia tidak adil, tapi harus dikatakan ia melanggar hak dasar rakyat," kata Zoueratt.

"Namun, saya mendukung pemberian suaka buat dia. Ia bukan seorang demokrat tapi orang tak boleh lupa pemberontak Libya yang sekarang menguasai sebagian besar negara itu juga bukan demokrat," kata mahasiswi muda di Gao tersebut.

Posisi Gaddafi kian terjepit setelah pasukan oposisi menguasai Tripoli dan banyak wilayah Libya --yang diguncang aksi perlawanan sejak Februari, dan keberadaan pemimpin Libya itu tak diketahui.
(C003)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011