Jakarta (ANTARA) - Mengenal diri sendiri, sekaligus mengetahui kelemahan dan keunggulannya, merupakan pondasi penting dalam hidup. Jika mampu melakukan ini, maka seseorang dapat memiliki kemampuan untuk memperkecil konflik, meringankan beban pikiran, menemukan solusi yang tepat, bahkan menjadi alat yang mampu membantu mencapai mimpi dan tujuan yang diinginkan dalam hidup.

Gagasan itu yang kemudian dikembangkan Erwin Parengkuan lewat buku terbarunya yang berjudul "Understand-Inc People 2.0".

“Dengan pengalaman selama lebih dari 33 tahun di dunia komunikasi, saya yakin bahwa memahami kepribadian orang lain dan melihat bagaimana mereka bereaksi terhadap satu informasi menjadi ilmu inti dari semua profesi. Profesi apa pun yang akan dijalani, percayalah, mengenali kepribadian dan gaya komunikasi seseorang akan memudahkan dalam berhubungan dengan orang lain,” tutur Erwin, dikutip dari siaran resmi, Sabtu.

Baca juga: Resep jaga hubungan tetap harmonis Erwin-Jana Parengkuan

Dalam buku tersebut, Erwin memperdalam pembagian empat kepribadian (Sanguinis, Koleris, Melankolis, dan Plegmatis) yang digagas Hippocrates dengan menyusun sebuah instrumen penghubung antara kepribadian dengan gaya komunikasi. Erwin mempelajari bahwa dengan memahami dua hal ini akan dapat memaksimalkan keahlian komunikasi seseorang. Instrumen ini kemudian ia namai GKRD: si Gesit, si Kuat, si Rinci, dan si Damai.

Si Gesit adalah seseorang dengan kepribadian Aggressive-Leader, jiwa yang penuh semangat. Si Kuat merupakan kepribadian Confident-Individual yang ditandai dengan rasa percaya diri yang sangat tinggi. Si Rinci berkepribadian Defensive-Thinking yang pemikir, senang mengolah ide dan gagasan, cenderung tertutup, dan lebih senang mengambil peran di balik layar. Terakhir, si Damai adalah Adaptive-Compromise yang biasanya selalu mengambil langkah kompromi dalam memecahkan masalah.

“Buku ini akan memandu pembaca untuk memiliki self-concept yang matang, terutama dalam menghadapi situasi yang kerap berubah begitu cepat dan menuntut kita untuk menjadi pribadi yang cepat beradaptasi,” tambah Erwin yang juga CEO serta pendiri institusi pelatihan komunikasi TALKINC.

“Apa yang saya sampaikan akan membantu untuk memahami pentingnya menjadi ambivert yang bisa menyeimbangkan semuanya, menyelaraskan self-image dan social image, serta meningkatkan kualitas pribadi dengan menambah kualifikasi survival skills yang akan bermanfaat sampai tua nanti.”

Baca juga: Menaklukkan tantangan komunikasi antargenerasi di dunia kerja

Baca juga: "Understand-inc People" jadi strategi muluskan komunikasi

Baca juga: Seberapa kuat seseorang bisa bertahan di zona tak nyaman?

 

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022