Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan keluarga berperan penting menjadi lingkungan utama dalam meningkatkan kontribusi perempuan terhadap perekonomian.

Sebagaimana diketahui, studi McKinsey melaporkan apabila perempuan diberikan kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk berkontribusi terhadap perekonomian, maka produk domestik bruto global bisa meningkat lebih dari Rp12 triliun atau 25 persen.

"Bagaimana perempuan bisa memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap ekonomi, itu mulainya dari keluarga dan terutama dari dalam kandungan orang tuanya," ungkap Sri Mulyani dalam Webinar Women in Leadership di Jakarta, Senin.

Menurut dia, kedua orangtua yang sedang mengandung harus memiliki pemikiran bahwa bayi yang dilahirkan baik itu laki-laki maupun perempuan harus mendapatkan perlakuan yang setara.

Dengan demikian, tak ada lagi gengsi yang lebih besar jika mendapatkan bayi laki-laki, sehingga perlakuannya lebih spesial dibanding saat mendapatkan bayi perempuan.

"Ini sangat penting agar saat bayinya lahir, ia mendapatkan lingkungan yang tidak mengenal diskriminasi," tuturnya.

Sri Mulyani menyebutkan perlakuan yang setara dan pemberian kesempatan yang sama antara laki-laki dan perempuan di lingkungan keluarga merupakan formasi yang sangat kritikal.

Salah satu contoh pemberian kesempatan yang sama dalam keluarga untuk laki-laki dan perempuan yakni pada saat pemilihan objek studi, jangan sampai ada larangan untuk wanita agar tidak memilih pendidikan yang mayoritas diisi oleh laki-laki.

Hal tersebut, lanjut dia, tak hanya baik untuk perempuan dalam meningkatkan kepercayaan diri, namun bagi laki-laki agar terbiasa dan tidak terancam nantinya di dunia kerja saat melihat perempuan yang lebih aktif dan memiliki posisi yang lebih tinggi.

Baca juga: Sri Mulyani nilai negara harus hadir atasi diskriminasi gender
Baca juga: Sri Mulyani: Pemberian beasiswa LPDP capai Rp14,9 triliun sejak 2012
Baca juga: Sri Mulyani: Dana abadi bidang pendidikan capai Rp99,1 triliun

 

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022