Jakarta (ANTARA) - Pandemi COVID-19 yang dirasakan hampir di seluruh dunia memberikan dampak ekonomi terbesar setelah Perang Dunia II, menurut Chair of T20 Global Health Supply Chain Program (GHSC) Prof Hasbullah Thabrany.

Hasbullah dalam acara T20 The Indonesian Healthcare Future Forward yang dipantau di Jakarta, Selasa, mengatakan COVID-19 telah menghancurkan 3 persen PDB dunia, atau sekitar 38 triliun Dollar AS.

"Ini adalah dampak ekonomi terbesar setelah Perang Dunia II, bahkan lebih besar dari itu. Pandemi menyadarkan kita akan kehancuran sistem kesehatan, dan berpengaruh pada ekonomi global," ujar Ketua Ikatan Ekonomi Kesehatan Indonesia tersebut.

Hasbullah juga mengatakan bahwa lebih dari 100 juta orang di dunia mengalami penurunan kesejahteraan (miskin) akibat COVID-19.

Baca juga: Efek pandemi, warga miskin di Kabupaten Bogor bertambah 7,99 persen

Baca juga: WHO: Negara miskin akan diberi lisensi teknologi tes antibodi gratis


Oleh karenanya, dia mengatakan jika sebuah negara mengalami perkembangan ekonomi, hal itu juga akan meningkatkan sistem perawatan kesehatan. Menurutnya, diperlukan inovasi untuk memikirkan skema baru guna mendukung hal tersebut.

Seperti halnya pada Indonesia, skema tersebut tertuang pada komitmennya untuk berkontribusi pada pembangunan sistem kesehatan global.

Selain itu dia juga mengingatkan bahwa tidak hanya pandemi, namun krisis iklim juga memberikan dampak kepada kesehatan, juga pada ekonomi.

"Tahun lalu setelah G20, Presiden kita menghadiri pertemuan perubahan iklim, yang secara kebetulan, bahwa pandemi dan krisis iklim akan berdampak besar pada perawatan kesehatan dan juga pada ekonomi," kata dia.

Hasbulllah mengatakan selain komitmen pada pembangunan sistem kesehatan global, menurutnya kebijakan pendanaan terhadap sistem kesehatan di sebuah negara menjadi elemen penting.*

Baca juga: Wapres: Target penyelesaian miskin ekstrem pada 2021 paling berat

Baca juga: Wapres sebut ada penambahan miskin ekstrem akibat pandemi COVID-19

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022