Magelang (ANTARA News) - Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, kini dipasang kamera pemantau (CCTV) untuk meningkatkan keamanan di kawasan candi peninggalan Wangsa Syailendra tersebut.

Kepala Balai Konservasi Peninggalan Borobudur (BKPB), Marsis Sutopo di Magelang, Rabu, mengatakan, di kawasan Candi Borobudur dipasang 10 unit CCTV di berbagai lokasi strategis. CCTV ini tersambung dengan internet sehingga bisa dipantau langsung dari Jakarta.

Menurut dia, CCTV tersebut telah dipasang sejak awal Agustus 2011. Kamera pemantau ini, antara lain dipasang di pintu masuk, bagian selasar, dan pintu keluar. Melalui kamera yang siap beroperasi 24 jam ini hampir semua bagian candi bisa diamati oleh para petugas.

Ia mengatakan, pemasangan kamera ini dimaksudkan untuk meningkatkan keamanan candi yang oleh Unesco sudah ditetapkan sebagai "world heritage" tersebut.

"Hal ini merupakan salah satu upaya kami untuk meningkatkan standar keamanan. Jika Borobudur aman tentu wisatawan juga akan nyaman berkunjung ke Candi Borobudur. Keamanan dan kenyamanan menjadi perhatian kami," katanya.

Ia menuturkan, pada 1985 candi Buddha warisan Dinasti Syailendra itu pernah dibom oleh orang tidak bertanggung jawab. Ia tidak ingin kasus serupa kembali terulang karena tidak hanya akan merusak warisan budaya bangsa namun juga kepercayaan dunia internasional terhadap Indonesia.

Marsis mengatakan, melalui CCTV, petugas yang berjaga di Pos Kenari sisi barat Candi Borobudur bisa mengamati semua sudut candi, sehingga jika ada oknum yang ingin merusak akan segera ketahuan. Bahkan pengunjung naik ke bagian yang dilarang saja akan ketahuan.

Ia menambahkan, pemerintah pusat bisa memantau Candi Borobudur melalui sambungan internet. "Gambar yang diterima kami rekam. Rekaman ini akan sangat berguna untuk menelusuri kejadian-kejadian sebelumnya jika dibutuhkan," jelas dia.

Menurut dia, hingga kini pengunjung masih dilarang naik ke lantai delapan hingga 10 karena ketiga lantai tersebut masih dalam proses pemugaran dan pembersihan debu vulkanik muntahan dari erupsi gunung Merapi beberapa waktu lalu.
(U.H018/I007)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011