Garut (ANTARA News) - Wakil Bupati Garut, Diky Chandra, sempat merasa kecewa dengan Bupati Garut, Aceng HM Fikri, bergabung dengan partai politik (parpol) Golongan Karya (Golkar) beberapa bulan lalu, namun kekecewaan tersebut bukan alasan utama mengundurkan diri dari jabatannya.

"Munafik kalau saya bilang tidak kecewa, tapi apakah hanya gara-gara kekecewaan Pak Bupati dari independen pindah ke partai, terus saya mengundurkan diri?," katanya saat memberi keterangan kepada wartawan di Garut, Jumat.

Sejak pengajuan pengunduran diri, Senin (5/9), ia sempat sulit ditemui wartawan.

Diky Chandra mencalonkan dirinya sebagai Wakil Bupati Garut pada pemilihan kepala daerah (pilkada) 2009 dari calon indepden bersama-sama dengan Aceng HM Fikri, dan mereka berkomitmen pencalonannya tidak melalui parpol.

Proses pencalonan kepala daerah yang berlangsung dua putaran, akhirnya Aceng dan Diky terpilih sebagai Bupati dan Wakil Bupati periode 2010-2015.

Dalam pertengahan massa jabatan memimpin Kabupaten Garut, Aceng bergabung dengan Partai Golkar, sehingga menuai protes sebagian warga Garut.

"Saya bilang kecewa, tapi bukan alasan pengunduran diri ini, tidak. Tapi, karena tidak mampu mengimbangi pola kepemimpinan," jelas Diky.

Meskipun sempat menyimpan perasaan kecewa terhadap bupati, kata Diky, bukan berarti harus melakukan tindakan yang tidak sejalan dengan pemikiran Bupati Garut.

Kekecewaan itu, kata dia, tidak berlarut panjang, apalagi berdampak tidak bersinerginya dalam menjalankan roda pemerintahan Kabupaten Garut sebagaimana mestinya.

"Kalau berbicara hanya gara-gara kekecewaan terus merusak Garut, janganlah," kata artis yang sering tampil dilayar kaca televisi sebelum menjabat sebagai Wakil Bupati.

Ia mengungkapkan, pengunduran diri tersebut karena tidak mampu mengimbangi pola kepemimpinan yang ada di Kabupaten Garut, namun tidak mau menyalahkan siapapun.

Ia mengakui, sebagai Wakil Bupati terlalu banyak keinginan untuk memberikan pemikiran dalam membangun Kabupaten Garut, namun ada keterbatasan mengambil kebijakan.

"Dalam hal ini kesalahan itu ada di saya, karena saya tidak mampu dalam mengimbangi pola kepemimpinan. Nanti saya akan mengganggu," demikian Diky Chandra. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011