Pekanbaru (ANTARA News) - Harimau Sumatera (Phantera tigris sumatrae) dikabarkan mengamuk dan menerkam beberapa warga Desa Simpang Gaung, Kecamatan Gaung, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau, yang merupakan karyawan PT Mutiara Sabuk Khatulistiwa.

Kepala Desa Simpang Gaung, Effendi, melalui telepon kepada ANTARA News di Pekanbaru, Sabtu, mengabarkan bahwa sejauh yang diketahuinya ada harimau liar yang berkeliaran di sekitar lahan perusahaan PT Mutiara Sabuk Khatulistiwa di Desa Teluk Kabung, Kecamatan Gaung, Kabupaten Indragiri Hilir, yang mengamuk sejak beberapa pekan terakhir ini.

"Setahu saya, sebelum Lebaran ada sekitar empat orang pekerja yang diterkam harimau, namun kondisinya tidak begitu parah, hanya mengalami luka cakar," katanya.

Effendi menjelaskan, keempat orang warganya tersebut merupakan pekerja atau karyawan PT Mutiara Sabuk Khatulistiwa yang sering ke lokasi hutan untuk menebang pohon.

Setelah peristiwa naas menimpa keempat pekerja perusahaan yang bergerak dibidang usaha kehutanan, pertanian dan perkebunan itu, kata dia, kondisi di sekitar wilayahnya dan beberapa desa yang berada di satu kecamatan sama cukup mencekam.

Beberapa warga khususnya yang bekerja di PT Mutiara Sabuk Khatulistiwa menurutnya terus menerus merasa kuatir "takut-takut" hewas buas itu kembali muncul dan menerkam manusia.

Kekhawatiran sejumlah warga tersebut, kata Effendi, ternyata terbukti. Beberapa hari setelah perayaan Idul Fitri 1432 Hijriyah yang jatuh pada tanggal 31 Agustus 2011, kata dia, beberapa warga desa tetangga yang juga karyawan pada perusahaan yang sama kembali diterkam hewan loreng itu.

"Informasinya, setelah Lebaran kemarin, ada sekitar dua atau tiga orang yang kembali diterkam harimau. Satu kabarnya meninggal dunia," tuturnya.

Sejumlah warga di Indragiri Hilir, mengakui bahwa konflik harimau di lahan Hutan Tanam Industri (HTI) milik PT Mutiara Sabuk Khatulistiwa sudah berlangsung sejak lama tanpa ada antisipasi dari pihak pemerintah maupun perusahaan swasta tersebut. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011